Laporan Reporter Kontan, Eldo Christoffel Rafael
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Mobil elektrifikasi berbasis teknologi hybrid atau dikenal dengan Hybrid Electric Vehicle (HEV) berpeluang besar dikembangkan sebagai tahap awal program industri mobil elektrifikasi nasional.
Hasil awal riset dan studi komperatif (preliminary study result) dari Electrified Vehicle Comprehensive Studi yang dilakukan oleh Tim Riset ITB dan UI menyebutkan bahwa selain mampu menghemat konsumsi BBM secara signifikan, kendaraan HEV bisa langsung diimplementasikan karena tidak membutuhkan dukungan tambahan.
Ketua Tim Riset ITB Agus Purwadi menjelaskan konsep mobil HEV bisa langsung diimplementasikan karena tidak membutuhkan infrastruktur tambahan.
“Selain itu konsumsi bahan bakarnya dua kali lebih efisien dibanding mobil konvensional,” kata Agus, Kamis (9/8/2018).
Electrified Vehicle Comprehensive Study merupakan kerjasama Kementerian Perindustrian dengan enam perguruan tinggi dengan menggunakan 12 unit kendaraan Toyota.
Adapun enam perguruan tinggi yang dilibatkan adalah Institut Teknologi Bandung, Universtitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November, Universitas Sebelas Maret, dan Universitas Udayana.
Baca: Empat Kilang Pertamina Siap Produksi Bahan Bakar Berstandar Euro 4
Dalam paparan hasil riset awal, tim riset ITB menyebutkan, pengujian telah dilakukan selama 44 hari dengan jarak tempuh 2.000 km dengan penggunaan di dalam dan di luar kota Bandung.
Hasilnya, konsumsi bahan bakar mobil Toyota Corolla Hybrid memiliki efisiensi 2 kali lebih baik dibandingkan Corolla dengan mesin konvensional. Konsumsi bahan bakar mesin konvensional mencapai 10,2 km per liter, sedangan konsumsi bahan bakar HEV 22,7 km per liter.
Hasil riset itu juga menyebutkan, mobil Hybrid ini sama sekali tidak membutuhkan infrastruktur tambahan sehingga bisa langsung diimplementasikan.
Sementara untuk kendaraan Prius PHEV konsumsi bahan bakarnya jauh lebih irit, lima kali lebih efisien yaitu 56,7 km per liter. Namun, kendaraan ini membutuhkan infrastruktur tambahan karena memerlukan pengisian selama kurang lebih 0,74 kali per hari, dengan catatan baterei belum diisi penuh.