TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah menetapkan mulai tahun 2021 semua kendaraan bermesin diesel yang diproduksi dan dijual di Indonesia harus memenuhi standar emisi gas buang Euro 4.
Mengantisipasi hal itu, Isuzu Indonesia sudah mulai memasarkan mesin diesel dengan teknologi common-rail sejak beberapa tahun terakhir dan terus berlanjut sampai sekarang.
Mesin ini antara lain terpasang di truk Isuzu Giga series dan truk Elf NMR 81 yang baru saja diluncurkan ke publik di ajang pameran otomotif GIIAS 2018 yang baru saja berakhir hari Minggu (12/8/2018) lalu.
Mesin common rail pada prinsipnya bekerja dengan sistem yang mengelola dan menyemprotkan bahan bakar ke dalam jantung mekanis diesel.
Teknologi ini memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan mesin diesel konvensional. Apa saja
Pertama, teknologi common rail mampu untuk menurunkan emisi dan output yang lebih tinggi, yang berhubungan dengan tekanan injeksi.
Kedua, mengurangi kebisingan dan emisi gas buang, lantaran adanya pengendalian kuantitas injeksi bahan bakar.
Ketiga, meningkatkan kinerja mesin karena kontrol waktu yang fleksibel.
Baca: Truk Tata Ultra Kirim Bantuan untuk Warga Korban Gempa di Lombok
Keempat, bebas mengendalikan tekanan injeksi, sebagai respons terhadap putaran dan beban mesin.
"Teknologi yang dibutuhkan saat ini yang sudah Isuzu kembangkan yaitu engine common-rail. Engine ini akan membantu Isuzu untuk mengahadapi regulasi pemerintah mengenai Euro 4," ungkap Attias Asril, General Marketing PT Isuzu Astra Motor Indonesia, Senin (13/8/2018).
Selain itu juga, mesin common rail juga membantu konsumen dalam penghematan bahan bakar, karena sistem common-rail ini bisa mengatur pembakaran dengan tepat.
"Mesin-mesin Isuzu direkayasa untuk menghasilkan tenaga dan tendangan torsi yang cukup (tidak berlebihan) agar tekanan mesin tidak terlampau tinggi. Tujuannya untuk mengurangi keausan engine dan meningkatkan umur komponen," ungkap Tonton Eko, GM Product Development PT IAMI.
Baca: Isuzu Siap Songsong Euro 4 untuk Kendaraan Diesel
Keandalannya, lanjut Tonton, ditentukan dengan menciptakan campuran bahan bakar / udara yang optimal dan memastikan bahwa panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran adalah konstan dan juga disemprotkan secara seragam.
Dia menambahkan, Isuzu merancang mesin common rail-nya agar mampu menghasilkan torsi maksimum pada putaran mesin rendah.
Baca: Ini Dia Empat Sopir Truk Isuzu Giga Pemenang Mimamori Driving Contest 2018
Yakni di bawah 2.000 rpm karena pada kecepatan tersebut, konsumsi bahan bakar paling ekonomis dan karakteristik respons mesin dianggap positif yaitu memiliki daya tarik (pulling power) yang bagus.
Nggak Bisa Menggasup Solar 'Busuk'
Di luar itu semua, kontaminasi bahan bakar adalah salah satu musuh terbesar dari mesin common-rail.
Penggunaan bahan bakar berkualitas buruk akan memiliki efek negatif pada sistem bahan bakar common rail diesel (CRD).
Filter bahan bakar dan pemisah air tidak dapat menghapus semua jejak air, terutama sekali campuran bahan bakar dan air menjadi teremulsi.
Tonton menjelaskan, menghadapi kendala dan tantangan tersebut, pihaknya melakukan sejumlah antisipasi.
"Pertama, kami mengadopsi filter bahan bakar terbaik, yang memiliki efisiensi filtrasi untuk memisahkan air," kata Tonton.
"Kedua, kami memasang filter yang sudah sepaket dengan sistem alarm berbasis sensor level air. Selain itu, injektor bahan bakar juga disusun dengan lapisan khusus, yang melindungi terhadap zat asing," ungkap Tonton Eko.