TRIBUNNEWS.COM- Banyak kasus yang mengakibatkan kematian karena terkunci di dalam mobil dan keracunan karbon monoksida.
Salah satunya kabar terbaru mengenai tewasnya seorang bocah berinisial R asal Jakarta yang berumur 3,5 tahun di dalam mobil pada Sabtu (20/10/2018) karena terkunci dan kehabisan oksigen.
Kasus seperti ini tampaknya juga sering terjadi pada jenis mobil tanpa kunci atau keyless.
Mobil tanpa kunci memiliki kelemahan yang berbahaya. Kadang-kadang, pengemudi keliru mengira mobil sudah mati setelah diparkir.
Ternyata mesin yang masih hidup dapat menyebabkan karbon monoksida mengisi garasi dan rumah mereka.
Dilansir dari The New York Times, mobil tanpa kunci menggunakan kunci nirkabel, bukan kunci konvensional, sehingga memungkinkan mereka mengunci, membuka kunci, atau memulai kendaraan mereka secara otomatis.
Jika kunci cukup dekat dengan mobil, pengemudi akan dapat menyalakannya.
Akan tetapi sistem ini membuka resiko bagi pengemudi untuk keluar dari mobil dengan kunci, tanpa mematikannya.
Jika pengemudi meninggalkan kendaraan yang menyala di garasi, kendaraan itu bisa mengeluarkan karbon monoksida yang tidak memiliki warna atau aroma.
Sehingga dapat membunuh pengemudi jika rumah pengemudi terhubung ke garasi.
Pada tahun 2011, Society of Automotive Engineers, asal AS, merekomendasikan agar pembuat mobil memasukkan peringatan visual atau sonik untuk memperingatkan pengemudi yang meninggalkan kendaraan mereka berjalan tanpa kunci utama di dalamnya.
Sementara para produsen mobil telah memasang sistem peringatan ke dalam kendaraan tanpa kunci mereka. Belum ada standar universal untuk sistem ini.
Seperti misalnya kendaraan tanpa kunci milik Ford, akan mati secara otomatis jika kunci tidak terdeteksi dalam kendaraan selama 30 menit.
Sementara Mazda akan memperingatkan pengemudi ketika kunci utama tidak berada di dalam mobil yang sedang berjalan, tetapi tidak akan secara otomatis mematikannya. (Ilham/GRIDOTO)