TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Realisasi penjualan sepeda motor di Indonesia selama 2019 mengalami pertumbuhan 1,6 persen dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh Kementerian Perindustrian, total produksi kendaraan roda dua pada Januari-Desember 2019 mencapai 7.297.648 unit. Di mana, penjualan domestik menyumbang angka 6.487.460 unit, naik dari sebelumya yang mencapai 6.383.108 unit.
"Meski demikian, ekspor roda dua tahun lalu mengalami pertumbuhan signifikan, yakni sampai 29 persen. Volumenya, dari 627.421 unit di tahun 2018 menjadi 810.188 unit," kata Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Ardika ketika ditemui Kompas.com, Jakarta, belum lama ini.
Adapun kontribusi penjualan tertingi, masih berasal dari segmen skuter matik yang mencapai lebih dari 80 persen dari total penjualan roda dua di tanah air.
"Skutik masih yang paling banyak karena terkait kemampuan beli masyarakat. Pilihannya juga saat ini semakin banyak, itu data yang kita peroleh," kata dia.
Baca: Qooder, Skutik Bongsor 4 Roda Meluncur di Indonesia, Harganya Setara Kijang Innova Diesel
Tahun ini, Kemenperin berharap ekspor motor bisa mencapai 900.000 unit atau naik 11 persen dari capaian tahun sebelumnya. Sementara penjualan domestik, tidak terlalu banyak berubah.
"Proyeksi atau target domestik di 2020 untuk roda dua masih di angka 6,4 juta. Tidak banyak berubah, tapi kita minta untuk ekspor lebih tinggi lagi sesuai dengan target pemerintah yaitu bisa mencapai ekspor 1 juta unit pada 2025," ujar Putu.
Tanggapan AISI
Pada kesempatan terpisah, Ketua Bidang Komersil Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala mengatakan, kenaikan ekspor roda dua pada 2019 karena motor buatan anak bangsa memiliki kompetisi harga dan produk yang baik di mancanegara.
"Kita memiliki produk yang dipercaya oleh luar negeri dan harga kompetitif. Itu faktor utama kenapa ekspor meningkat, selain dari ada penambahan negara tujuan," katanya.
Terkait target pemerintah sendiri, Sigit percaya bahwa produsen bisa mencapainya. Terlebih, kini produk yang ditawarkan lebih beragam.
"Semoga saja tidak ada hal luar yang mempengaruhi, dan perang dagang antara China-Amerika Serikat cepat recovery," ujar Sigit.