Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak 24 April 2020 lalu, pemerintah secara resmi menerapkan pelarangan mudik lebaran.
Dampak dari pelarangan tersebut, banyak ditemukan pemudik yang pulang bersembunyi di bagasi bus, menggunakan jasa towing kendaraan dan sebagainya.
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), Sony Susmana menyebut bahwa pelarangan mudik tidak pas.
"Kalau saya sih enggak setuju sama pemerintah kalau mudik itu dilarang. Kan banyak saudara-saudara kita yang sebetulnya sudah diusir dari kos-kosan, yang sudah enggak bisa dapat penghasilan dan segala macam dia nggak ada alternatif, dari pada di sini ini jadi gelandangan ya dia milih pulang," tutur Sony, Senin (4/5/2020).
Ketimbang melarang mudik, Sony menyarankan agar dilakukan pengecekan para pemudik saat meninggalkan kota tinggal dan sampai di kota tujuan.
Kemudian saat tiba di kota tujuan, para pemudik harus langsung masuk ke tahapan isolasi selama 14 hari.
Baca: Jadwal Buka Puasa di Solo Hari Ini Senin 4 Mei 2020, Termasuk Wonogiri hingga Boyolali
Baca: Komisi I DPR: Semua Perwira Bintang Tiga Miliki Kesempatan Jadi KSAU dan KSAL
Baca: Stevianne Agnecya Melahirkan Anak Ketiga Tepat di Bulan Ramadan, Sandra Dewi Beri Ucapan Selamat
"Kalau saran saya, harusnya sebelum dia mudik dia dites. Ini lebih bijaksana, begitu sampai di tempat, kita kan nggak tahu dalam perjalanan ini mereka kena virus atau enggak. Pas sampai di tempat, dites lagi dan kemudian diisolasi. Dijadikanlah sebuah kesepakatan, itu lebih bijaksana," ungkap Sony.
Jika hal itu dilakukan, diperkirakan orang akan lebih memilih kesepakatan tersebut ketimbang mudik diam-diam seperti saat ini.
"Jadi semua orang berhak pulang kampung. Kemudian di sana 14 hari dia diisolasi. Menurut saya sih pasti orang berpikir memilih itu dari pada di Jakarta dia nggak makan kan," terangnya.