News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penjelasan Kenapa Harus Menggunakan BBM Sesuai Rekomendasi Pabrikan

Penulis: Arif Fajar Nasucha
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Petugas operator mengenakan masker dan pelindung wahah mengisi bahan bakar minyak (BBM) pada kendaraan bermotor di salah satu SPBU di Kota Bandung, Jumat (12/6/2020). Menghadapi normal baru, Pertamina telah menyiapkan sejumlah protokol kesehatan cegah Covid-19 tambahan di SPBU, untuk konsumen kendaraan roda dua saat melakukan pengisian bahan bakar wajib turun dari motor dan berdiri di samping motor, sehingga tetap dapat menjaga jarak aman dengan memposisikan diri berseberangan dengan operator SPBU. Sedangkan konsumen kendaraan roda empat dapat tetap berada di dalam kendaraan dan apabila diperlukan keluar dari kendaraan wajib menjaga jarak aman minimal 1 meter dari operator. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

TRIBUNNEWS.COM - Pengguna kendaraan bermotor baik roda dua ataupun roda empat tidak bisa sembarangan saat mengisi BBM.

Kita ketahui juga, pemilik kendaraan bermotor saat menjumpai bahan bakar minyak (BBM) dengan merek, spesifikasi, dan harga yang sangat beragam.

Hal itu akan menimbulkan kebingungan bagi sebagian pemilik kendaraan bermotor.

Harus diketahui, pabrikan otomotif sebenarnya telah merekomendasikan bahan bakar berdasarkan nilai oktan (bensin) atau Cetana (diesel) untuk setiap produk kendaraannya.

Baca: Mundurnya Penerapan Euro 4, Isuzu Panther Tak Jadi Disuntik Mati hingga Penundaan Rilis MU-X Terbaru

Kemacetan parah terjadi di kawasan Wonokromo, Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/6/2020) pagi. Padatnya kendaraan roda empat dan roda dua serta adanya penyempitan jalur (bottle neck) di dekat proyek Jembatan Joyoboyo menyebabkan antrean kendaraan yang mengarah ke utara atau ke tengah Kota Surabaya. Ilustrasi - Isi BBM Sesuai dengan Rekomendasi Pabrikan Kendaraan Ternyata Penting, Ini Penjelasannya. Surya/Ahmad Zaimul Haq (Surya/Ahmad Zaimul Haq)

Menanggapi hal tersebut, Nurcholis, National Technical Leader PT Toyota Astra Motor, ketika mendesain sebuah mesin, pabrikan telah menentukan beberapa kriteria.

Baca: Pengamat: BBM Ron Rendah Bikin Gas Buang Kendaraan Penuh Polusi

Tanggapan tersebut Nurcholis sampaikan dalam acara NGOVI (Ngobrol Virtual) yang diselenggaran Otomotif Group Grid Network, Sabtu (27/6/2020).

"Misalnya perbandingan kompresi, kemudian CO dan power," jelasnya.

Nurcholis menjelaskan, ketika mesin tersebut memiliki kompresi tinggi, kemudian panas yang dihasilkan juga akan tinggi, maka diperlukan bahan bakar yang memiliki oktan sesuai.

"Contoh mobil yang direkomendasikan menggunakan bahan bakar RON 92 atau lebih, itu bertujuan untuk menghasilkan performa yang lebih bagus," jelasnya.

Baca: Daftar Motor Bekas Harga Rp 2 Jutaan, dari Honda Supra hingga Suzuki Shogun

Hal tersebut karena pembakaran dapat terkontrol.

Selain itu, karena pembakaran dapat terkontrol, maka bahan bakar akan terbakar semuanya dan menjadi tenaga yang maksimal.

Tidak hanya itu, pemakaian bahan bakar sesuai rekomendasi juga memiliki efek Fuel Economy.

Artinya, lebih hemat dalam jangka panjang.

"Karena bahan bakar akan terbakar habis dan menjadi tenaga maksimal tentunya dalam pemakaian akan proporsional," ungkapnya.

Efek lainnya menurut Nurcholis yakni mobil akan memiliki emisi gas buang lebih rendah.

"Karena pembakaran sempurna dan terkontrol, maka emisi yang dikeluarkan cenderung lebih rendah," ujarnya.

Nurcholis menitikberatkan pada emisi yang memang berdampak langsung pada lingkungan.

Menurutnya, terkait emisi ini yang menjadikan penting bagi konsumen untuk menggunakan BBM rekomendasi pabrikan.

"Kita harus konsen terkait emisi, karena ini memang sudah menjadi regulasi pemerintah,"

"Itu menjadi penting untuk menggunakan BBM rekomendasi pabrikan," jelasnya.

Jadi keuntungan menggunakan BBM sesuai rekomendasi pabrikan yakni kendaraan akan mendapatkan performa yang lebih bagus dan fuel economy, kemudian emisi juga bagus.

Sementara dalam jangka panjang, maintenance cost kendaraan akan lebih rendah sesuai dengan lifetime yang sudah diprediksi.

Selain itu, Nurcholis juga menjelaskan dampak atau efek ketika menggunakan BBM yang tidak sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

"Pembakaran akan tidak terkontrol yang akan menyebabkan knocking," jelasnya.

Menurutnya, bahan bakar yang lebih rendah memiliki kemampuan untuk tidak knocking-nya akan rendah juga.

Pembakaran akan berjalan tidak sesuai yang diharapkan.

Knocking merupakan proses pembakaran tidak sesuai waktunya.

Selain itu juga dapat menyebabkan carbon deposit, performa menurun, dan cost yang lebih besar untuk jangka panjang.

Itu dampak bagi mesin yang menggunakan bensin.

Sementara bagi mesin diesel, penggunaan bahan bakar sesuai soesifikasi pebrikan sangat direkomendasikan.

Jika bahan bakar yang digunakan di bawah rekomendasi, itu akan merusak komponen sistem bahan bakar.

Selain itu, emisi yang dikeluarkan akan lebih banyak.

Sementara untuk kendaraan roda dua, dalam acara yang sama, Technical Service Division PT Astra Honda Motor Endro Sutarno mengatakan penggunaan BBM sesuai rekomendasi pabrikan itu penting.

"Dalam pemilihan bahan bakar, konsumen harus memperhatikan anjuran pabrikan," kata Endro.

Bahan bakar yang dianjurkan pabrikan, telah tertera di Buku Pedoman Pemilik.

Hal tersebut dapat membuat pemorma mesin tetap baik.

Selain itu, juga dapat membuat komponen mesin menjadi lebih awet.

Menurut Endro, motor juga akan lebih irit bahan bakar dan emisi gas buangan sesuai dengan regulasi pemerintah.

"Pabrikan motor sudah menghitung dan meriset oktan BBM yang mampu menghasilkan performa optimal untuk sepeda motornya," jelasnya.

Untuk Honda sendiri telah menggunakan System PGM-FI dan engine eSP yang menggunakan bahan bakar mudah didapat di semua daerah.

Endro juga menjelaskan akibat penggunaan oktan terlalu rendah pada kendaraan roda dua.

"Bahan bakar terbakar lebih dulu sebelum adanya ignition, mesin menjadi lebih panas."

"Mesin yang panas akan merusak piston dan membuat ruang bakar menjadi terkikis," jelasnya.

Sementara untuk penggunaan nilai oktan lebih tinggi juga memiliki dampak.

"Pertama, bahan bakar tidak dapat terbakar dengan sempurna."

"Kemudian akan timbul kerak-kerak karbon pada ruang bakar."

"Performa mesin juha menjadi kurang maksimal dan emsisi yang dihasilkan terlalu tinggi," jelasnya.

(Tribunnews.com/Fajar)

 
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini