TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pabrikan otomotif terbesar India, Tata Motors, membantah kabar yang menyebutkan bahwa mereka akan menjual sahamnya di Jaguar Land Rover setelah pembicaraan dengan pemerintah Inggris untuk mengamankan paket penyelamatan keuangan atas perusahaan otomotif legendaris itu menemui jalan buntu.
Pembicaraan untuk menyiapkan pendanaan darurat untuk dua perusahaan milik grup Tata, yakni Jaguar Land Rover dan Tata Steel yang memiliki pabrik baja terbesar di Inggris, di Port Talbot, Wales, menemui jalan buntu.
Jaguar Land Rover merupakan perusahaan otomotif terbesar di Inggris. Saham perusahaan ini dimiliki oleh konglomerat India, Tata Group.
Pemerintah Inggris memutuskan kedua perusahaan tersebut harus menggantungkan pada pembiayaan swasta untuk bertahan hidup.
Baca: Tata Motors Ekspansi ke Kalbar, Empat Kendaraan Niaga Ini Jadi Andalannya
Menyusul kesimpulan pembicaraan yang buntu tersebut, beredar kabar bahwa Tata Motors mungkin akan menjual sahamnya di Jaguar Land Rover. Kabar ini beredar luas di media.
Baca: Jaguar Land Rover Kembangkan Teknologi Layar Sentuh Tanpa Kontak
Departemen Keuangan Inggris dalam kesimpulannya menyatakan bahwa Tata Group memiliki kekuatan finansial dan tidak membutuhkan dana talangan dari Pemerintah melalui mekanisme kewajiban pajak.
"Laporan yang belum dikonfirmasi dan tidak berdasar telah diterbitkan oleh beberapa media yang menyatakan bahwa Tata Motors dapat menjual sahamnya di Jaguar Land Rover," sebut manajemen Tata Motors dalam sebuah pernyataan pada hari Senin kemarin, 17 Agustus 2020.
“Tata Motors dengan tegas menyangkal dan menolak niat tersebut. Jaguar Land Rover adalah dan tetap menjadi pilar utama Tata Motors dan Tata Group yang lebih luas,” bunyi pernyataan tersebut.
Tata mengatakan bisnis Jaguar Land Rover tetap kuat. Jaguar Land Rover telah kehilangan pendapatan hampir 1 miliar poundsterling antara Januari sampai Juli 2020 karena pukulan pandemi virus corona.
Tata Motors tahun lalu dilaporkan mendekati perusahaan termasuk BMW tentang peluang kemitraan alias kerjasama pabrikan Jerman tersebut dengan JLR.
Skema pendanaan darurat dari Pemerintah Inggris bisa mengakibatkan pembayar pajak Inggris memiliki saham di JLR dan Tata steel, dan memberlakukan persyaratan ketat pada peminjaman ke Tata.
Persyaratan JLR antara lain memaksa perseroan mempercepat program kendaraan listrik dan menghentikan secara bertahap mobil diesel yang masih sangat diandalkan oleh grup Tata Motors.
Sumber: The Guardian