News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kerugian Tempelkan Jari Tangan di Tuas Rem Motor hingga Cara Pengereman Darurat

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pengereman Motor

TRIBUNNEWS.COM - Menempelkan jari tangan di tuas rem motor ternyata merupakan kebiasaan buruk pengendara motor.

Kebiasaan tersebut bisa berdampak buruk bagi pengendara dan pengguna jalan lainnya.

Pasalnya, jika jari menempel pada tuas rem, maka refleks pengendara terhadap objek yang bergerak di depannya akan terlalu cepat.

Reflek yang terlalu cepat bisa menyebabkan kecelakaan.

Dikutip dari Kompas.com, tak hanya bahaya, menempelkan jari di tuas rem juga bisa menyebabkan sejumlah efek buruk terhadap komponen kendaraan roda dua.

Senior Instructor Astra Motor Training Center Semarang, Fachrul Reza mengatakan bahwa ada tiga efek yang ditimbulkan jika pengendara terbiasa melakukan hal tersebut.

Baca: Bernuansa Balap, Ini Detail Menarik dari Vespa Racing Sixties Edisi Terbatas

Baca: Spesifikasi Mini Cabrio Sidewalk Edition, Mobil Berasa Go-kart Mewah

Pengereman Motor

Yang pertama, kampas rem akan cepat habis.

Hal ini terjadi karena secara tidak sadar kampas akan terus menekan cakram atau pun tromol untuk rem belakang.

Meski hanya tekanan hanya sedikit, tapi jika hal tersebut berlangsung lama, bukan tidak mungkin kampas akan terfores dan cepat menipis.

“Efek yang kedua adalah membuat piringan cakram atau tromol menjadi gosong (seperti terbakar),” katanya.

Kampas yang terus menekan cakram atau pun tromol rem belakan akan menimbulkan panas berlebih.

“Dan efek buruk yang terakhir tentu saja membuat konsumsi bahan bakar akan semakin boros,” tuturnya.

Hal ini disebabkan karena laju kendaraan tidak bisa 100 persen lantaran tertahan oleh tekanan rem karena jari atau pun kaki menempel tuas rem.

Tips Pengereman Roda Dua

Di dunia otomotif, khususnya roda dua, ada beberapa jenis model sistem pengereman.

Bagi motor keluaran terbaru yang sudah menggunakan disk brake juga telah dilengkapi dengan Anti-lock Braking System (ABS).

Namun, banyak yang beredar di pasar Indonesia belum dilengkapi dengan ABS.

Untuk motor yang telah dilengkapi ABS, maka pengereman mendadak sudah tidak lagi kita khawatirkan karena fitur tersebut telah bekerja untuk tidak mengunci disk brake dan membuat berkurangnya risiko tergelincir.

Baca: Pabrik KTM di Gresik Beroperasi hingga Alasan KTM Duke dan RC Maih CBU

Baca: Bos KTM Tech3 Sebut Miguel Oliveira Jadi Sosok Penting Dalam Hidupnya

Instuktur Safety Riding, sedang melakukan pemahaman keselamatan berkendara di Wahana Training Center Jatake, Tangerang, Banten, Kamis (11/7/2019). Wahana Training Center Jatake merupakan fasilitas yang dimiliki main dealer sepeda motor Honda Jakarta-Tangerang yang dilengkapi dengan trek edukasi berkendara aman dan training untuk mekanik Astra Honda Authorized Service Station. Selain center yang berada di Jatake Tangerang ini, juga terdapat Wahana Distribution Center dengan kapasitas 2.700 unit untuk wilayah distribusi dealer Honda di Tangerang. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Namun, bagi motor yang belum dilengkapi ABS, maka kita harus memahami teknik pengereman darurat, terlebih jika sedang berada pada kecepatan tinggi.

Dikutip dari Kompas.com, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Justri Paluhubu menjelaskan, pengereman darurat yang dilakukan saat kecepatan tinggi adalah dengan cara mengocok rem roda depan.

Teknik tersebut dikenal dengan istilah squezee.

"Jadi, pengereman tidak boleh dilakukan dengan cara menarik tuas satu kali sekaligus. Sebab, cara ini berbahaya karena bisa membuat pengendara terlempar ke arah depan," ujar Jusri.

Jusri juga menambahkan, pengereman juga bisa dibantu dengan rem belakang.

Engine brake juga bisa dilakukan untuk pengereman yang lebih optimal.

Kunci dari pengereman mendadak adalah melakukan dengan halus, tenang, dan tetap fokus.

Usahakan jangan sampai rem terkunci hingga membuat motor tak bisa dikendalikan.

"Kalau keadaan darurat maka pengereman harus cepat, harus hard braking, kondisi ini berpotensi membuat roda terkunci."

"Ini harus dihindari karena bisa membuat motor kehilangan kendali, bikers bisa terpeleset dan jatuh," kata Jusri.

PT Pertamina (Persero) mengajak pebalap senior Indonesia, Doni Tata dan Rifat Drive Labs menggelar acara Coaching Clinic Safety Riding di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (22/2/2018). (HO)

Berbeda dengan motor yang sudah dilengkapi ABS, dalam kecepatan kencang, menekan rem dengan penuh pun ban tidak akan terkunci.

Sebab pembagian porsi cengkeraman rem sudah diatur oleh sistem.

"Kalau sudah pakai ABS, rem diremas dan kaki dibejek abis tidak apa-apa karenan nanti pengereman diatur oleh sistem," ujar Jusri.

Teknik Pengereman Berdasar Tingkat Kecepatan

Baca: Honda dan Gameloft Kenalkan Game Brio Virtual Drift Challenge di Ponsel Android

Baca: Honda Mulai Tak Bertaring di MotoGP 2020, Hilangnya Sosok Marc Marquez Jadi Penyebab

Jusri juga mengatakan, motor merupakan kendaraan yang tidak mengenal stabilitas saat bergerak.

Jadi menguasai motor yang kamu kendarai adalah hal yang wajib.

Teknik pengereman juga bisa didasari oleh tingkat kecepatan.

Instruktur safety riding terbaik binaan Astra Honda Motor (AHM) Dimas Satria yang turun di kelas 400 cc mengikuti The 18th Safety Japan Instructors Competition 2017 di Sirkuit Suzuka, Jepang. (Tribunnews.com/Hasanuddin Aco)

Ia mengatakan, jika kondisi motor pelan pada kecepatan di bawah 30 km/j, disarankan hanya mengandalkan rem belakang saja.

“Sebab rem depan terlalu pakem, terutama yang sudah disc brake (cakram). Saat pelan, memakai rem depan mudah sekali membuat roda terkunci, dan kalau terkunci motor bisa langsung rebah,” ujar Jusri.

Jika pada kecepatan 30-80 km/j, maka menggunakan kombinasi tiga rem, rem depan dan belakang, serta dibantu engine brake.

“Caranya, dapatkan engine brake dengan menutup gas, dan ketika kecepatan sudah mulai turun baru gunakan kedua rem (rem depan dan belakang) secara halus dan bertahap."

"Jika masih kurang cukup, maka aplikasikan engine brake tahap kedua dengan memindahkan gir ke posisi lebih rendah,” ujar Jusri.

Jika kecepatan sudah menurun hingga 30 km/j, maka bisa menggunakan rem belakang saja.

Ia juga menambahkan jika kecepatan sudah di atas 80 km/j yang sudah termasuk dalam kategori kencang.

“Ketika kita mau ngerem pada kecepatan di atas 80 kpj, maka yang pertama harus dilakukan adalah menutup gas, kemudian baru rem depan tunggal. Begitu kecepatan turun hingga 80 kpj, baru gunakan kombinasi tiga rem tadi,” katanya.

(Tribunnews.com, Renald) (Kompas.com, Aprida Mega Nanda/Ari Purnomo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini