News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Alasan Kenapa Pemotor Pemula Dianjurkan Tarik Tuas Rem Motor dengan 4 Jari

Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Teknik pengereman tiap pembalap MotoGP bisa berbeda, tergantung kebiasaan

TRIBUNNEWS.COM - Naik motor adalah sebuah keahlian yang bisa dilatih.

Untuk seorang pemula, ada satu teknik agar aman berkendara.

Yakni menarik tuas rem dengan empat jari.

Baca juga: Sisi Positif dan Negatif Honda Tanpa Marc Marquez

Baca juga: Daftar Harga Motor Honda Bulan November 2020, dari Motor Bebek hingga Sport, Cek di Sini!

Baca juga: Pilihan Motor Matik Bekas Murah, Honda dan Yamaha Harga Mulai 7 Jutaan

Dikutip dari Kompas.com, Training Director Safety Degensive Consultant Indonesia, Sony Susmana mengatakan, menarik tuas rem dengan empat jari dilakukan agar pemula lebih yakin saat mengurangi kecepatannya.

"Menarik tuas rem dengan empat jari dilakukan agar yakin tidak meleset. Karena jika hanya satu jari, jika jari terpeleset, pasti panik dan berujung tabrakan," ucap Sony kepada Kompas.com, Rabu (4/11/2020).

Namun, Sony juga mengungkapkan, teknik pengereman bisa dilakukan dengan dua hingga tiga jari, selama tidak hanya mengandalkan satu jari.

Tetapi, teknik pengereman dengan empat jari ini lebih pada keamanan dan faktor kebiasaan.

"Ketika mengerem dengan empat jari, gas ditutup dengan sempurna. Hal ini juga bisa dilakukan untuk membuat kebiasaan keempat jari tidak stand by di handel rem," kata Sony.

Jika di motor skutik, yang posisi rem belakangnya ada di sisi kiri setang, sebaiknya tangan jangan stand by di tuas rem.

Kebiasaan ini malah membuat pengendara jadi agresif, sehingga roller jadi cepat aus dan akhirnya motor jadi bergetar.

Teknik Pengereman

Teknik tersebut bisa dikatakan baru dasar dalam pengereman.

Untuk diketahui, di dunia otomotif, khususnya roda dua, ada beberapa jenis model sistem pengereman.

Bagi motor keluaran terbaru yang sudah menggunakan disk brake juga telah dilengkapi dengan Anti-lock Braking System (ABS).

Namun, banyak yang beredar di pasar Indonesia belum dilengkapi dengan ABS.

Untuk motor yang telah dilengkapi ABS, maka pengereman mendadak sudah tidak lagi kita khawatirkan.

Sebab fitur tersebut telah bekerja untuk tidak mengunci disk brake dan membuat berkurangnya risiko tergelincir.

Namun, bagi motor yang belum dilengkapi ABS, maka kita harus memahami teknik pengereman darurat, terlebih jika sedang berada pada kecepatan tinggi.

Instuktur Safety Riding, sedang melakukan pemahaman keselamatan berkendara di Wahana Training Center Jatake, Tangerang, Banten, Kamis (11/7/2019). Wahana Training Center Jatake merupakan fasilitas yang dimiliki main dealer sepeda motor Honda Jakarta-Tangerang yang dilengkapi dengan trek edukasi berkendara aman dan training untuk mekanik Astra Honda Authorized Service Station. Selain center yang berada di Jatake Tangerang ini, juga terdapat Wahana Distribution Center dengan kapasitas 2.700 unit untuk wilayah distribusi dealer Honda di Tangerang. (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha)

Baca juga: KTM Siapkan Edisi Terbatas 1290 Super Duke R

Dikutip dari Kompas.com, Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Justri Paluhubu menjelaskan, pengereman darurat yang dilakukan saat kecepatan tinggi adalah dengan cara mengocok rem roda depan.

Teknik tersebut dikenal dengan istilah squezee.

"Jadi, pengereman tidak boleh dilakukan dengan cara menarik tuas satu kali sekaligus. Sebab, cara ini berbahaya karena bisa membuat pengendara terlempar ke arah depan," ujar Jusri.

Jusri juga menambahkan bahwa pengereman juga bisa dibantu dengan rem belakang.

Engine brake juga bisa dilakukan untuk pengereman yang lebih optimal.

Kunci dari pengereman mendadak adalah melakukan dengan halus, tenang, dan tetap fokus.

Usahakan jangan sampai rem terkunci hingga membuat motor tak bisa dikendalikan.

"Kalau keadaan darurat maka pengereman harus cepat, harus hard braking, kondisi ini berpotensi membuat roda terkunci. Ini harus dihindari karena bisa membuat motor kehilangan kendali, bikers bisa terpeleset dan jatuh," kata Jusri.

PT Pertamina (Persero) mengajak pebalap senior Indonesia, Doni Tata dan Rifat Drive Labs menggelar acara Coaching Clinic Safety Riding di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Kamis (22/2/2018). (HO)

Berbeda dengan motor yang sudah dilengkapi ABS, dalam kecepatan kencang, menekan rem dengan penuh pun ban tidak akan terkunci.

Sebab pembagian porsi cengkeraman rem sudah diatur oleh sistem.

"Kalau sudah pakai ABS, rem diremas dan kaki dibejek abis tidak apa-apa karenan nanti pengereman diatur oleh sistem," ujar Jusri.

Baca: Indonesia International Motor Show 2021 Jembatan Dinamis Kembalikan Kejayaan Industri Otomotif

Teknik Pengereman Berdasar Tingkat Kecepatan

Jusri juga mengatakan, motor merupakan kendaraan yang tidak mengenal stabilitas saat bergerak.

Jadi menguasai motor yang kamu kendarai adalah hal yang wajib.

Teknik pengereman juga bisa didasari oleh tingkat kecepatan.

Instruktur safety riding terbaik binaan Astra Honda Motor (AHM) Dimas Satria yang turun di kelas 400 cc mengikuti The 18th Safety Japan Instructors Competition 2017 di Sirkuit Suzuka, Jepang. (Tribunnews.com/Hasanuddin Aco)

Ia mengatakan, jika kondisi motor pelan pada kecepatan di bawah 30 km/j, disarankan hanya mengandalkan rem belakang saja.

"Sebab rem depan terlalu pakem, terutama yang sudah disc brake (cakram). Saat pelan, memakai rem depan mudah sekali membuat roda terkunci, dan kalau terkunci motor bisa langsung rebah," ujar Jusri.

Jika pada kecepatan 30-80 km/j, maka menggunakan kombinasi tiga rem, rem depan dan belakang, serta dibantu engine brake.

"Caranya, dapatkan engine brake dengan menutup gas, dan ketika kecepatan sudah mulai turun baru gunakan kedua rem (rem depan dan belakang) secara halus dan bertahap."

"Jika masih kurang cukup, maka aplikasikan engine brake tahap kedua dengan memindahkan gir ke posisi lebih rendah," ujar Jusri.

Jika kecepatan sudah menurun hingga 30 km/j, maka bisa menggunakan rem belakang saja.

Ia juga menambahkan jika kecepatan sudah di atas 80 km/j yang sudah termasuk dalam kategori kencang.

"Ketika kita mau ngerem pada kecepatan di atas 80 kpj, maka yang pertama harus dilakukan adalah menutup gas, kemudian baru rem depan tunggal."

"Begitu kecepatan turun hingga 80 kpj, baru gunakan kombinasi tiga rem tadi," katanya.

(Tribunnews.com, Renald)(Kompas.com, Aprida Mega Nanda/Muhammad Fathan Radityasani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini