Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, LONDON – OPEC Plus akan kembali memangkas produksi minyak sebesar 2 juta barel per hari menjelang dilangsungkannya pemilihan paruh waktu di Amerika Serikat.
Kelompok produsen minyak utama OPEC Plus yang meliputi Arab Saudi dan Rusia, mengumumkan pengurangan produksi setelah pertemuan pertama secara langsung pada Maret 2020. Pengurangan tersebut setara dengan sekitar 2 persen dari permintaan minyak global.
Dikutip dari CNN, Jumat (7/10/2022) harga minyak mentah Brent naik 1,5 persen menjadi lebih dari 93 dolar AS per barel di tengah berita tersebut, menambah keuntungan minggu ini menjelang pertemuan para menteri perminyakan.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 1,7 persen, menjadi 88 dolar AS per barel.
Beberapa hari lalu, Pemerintahan Biden mengkritik keputusan OPEC Plus, menyebutnya "berpandangan sempit" dan mengatakan bahwa itu akan merugikan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sudah berjuang dengan harga energi yang paling tinggi.
Pengurangan produksi akan dimulai pada November, dan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC Plus) dan sekutunya akan bertemu lagi pada Desember.
Baca juga: AS Kecam Keputusan OPEC+ Pangkas Produksi Minyak
Dalam sebuah pernyataan, OPEC Plus mengatakan bahwa keputusan untuk memangkas produksi dibuat "mengingat ketidakpastian yang mengelilingi prospek ekonomi dan pasar minyak global."
OPEC Plus dan sekutunya yang mengendalikan lebih dari 40 persen produksi minyak global, berharap untuk mencegah penurunan permintaan barel mereka dari perlambatan ekonomi yang tajam di China, Amerika Serikat dan Eropa.
Baca juga: OPEC+ Kurangi Produksi Besar-besaran Sejak 2020 agar Harga Minyak Tidak Jatuh
Polemik Kenaikan Harga Bensin di AS Menjelang Pemilihan Paruh Waktu
Prospek pengurangan produksi dibingkai sebagai "bencana total" dalam draft poin pembicaraan yang diedarkan oleh Gedung Putih ke Departemen Keuangan pada Senin (3/10/2022).
Dengan hanya satu bulan sebelum pemilihan paruh waktu yang kritis, harga bensin AS mulai merangkak naik lagi, menimbulkan risiko politik yang berusaha dihindari Gedung Putih.
Baca juga: Harga Minyak Naik Menyusul Rencana Pengurangan Produksi dari OPEC+
“Pemotongan volume yang diumumkan tidak mungkin diterapkan sepenuhnya oleh semua negara, karena kelompok tersebut sudah tertinggal 3 juta barel per hari di belakang batas produksi yang dinyatakan,” kata analis Rystad Energy Jorge Leon dalam sebuah catatan.