Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pabrikan otomotif raksasa dari China, BYD, telah menanamkan komitmen investasi di Indonesia sebesar 1,3 miliar dolar AS, setara Rp 20 triliun.
Hal ini tentu akan mengakselerasi upaya Indonesia untuk mencapai netralitas karbon pada 2060, terlebih BYD juga merupakan produsen kendaraan listrik terbesar di dunia.
Dengan adanya investasi dari BYD, Indonesia tentu tidak perlu menunggu investor besar lainnya untuk mengembangkan kendaraan listrik di Indonesia, termasuk Tesla.
Baca juga: Spesifikasi BYD Seal, Sedan Listrik Mewah Mampu Melaju Hingga 650 Km Sekali Cas
Tesla sendiri dikabarkan akan berinvestasi di Indonesia, namun rencana tersebut sejak beberapa tahun ke belakang belum juga terealisasi.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, menyebut pemerintah sudah tidak lagi menunggu masuknya investasi Tesla, sebab sudah memiliki BYD.
"Kita sudah ada BYD kok, BYD juga enggak jelek, bagus," tutur Luhut di Kantor Kemenko Marves, Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Meski tidak menunggu lagi, pemerintah tetap membuka peluang investasi datang dari berbagai macam pelaku industri, termasuk Tesla, jika Elon Musk berubah pikiran.
"Kalau Tesla mau datang silahkan, kalau dia enggak mau datang ya silakan juga," ucap Luhut.
Baca juga: BYD Kebut Pembukaan Dealer, Hingga Februari Sudah Ada 8 Outlet
Menurut Luhut, Tesla akan berinvestasi ke Indonesia dengan membangun fasilitas pengolahan bahan baku untuk baterai mobil listrik. Kabarnya, investasi ini akan dikerjakan Tesla bersama Ford.
Selain itu, Tesla juga akan bekerja sama dengan produsen nikel di Indonesia, PT Vale Indonesia Tbk (INCO), untuk menyediakan pasokan bahan baku dari komoditi tambang yang belum bisa disebutkan jenis produknya.
"Ya dia lihat nanti produk apa yang dia mau, kita lihat saja, tunggu," ungkap Menteri Koordinator Marves.