Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM - Laporan The Sun mengungkap ada empat kebakaran kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) terjadi di Malaysia, sepanjang Januari dan September 2024.
Dari empat kasus kebakaran mobil listrik di Malaysia, satu kasus terjadi selama saat melakukan pengisian daya, sementara tiga lainnya karena kecelakaan.
Ketika thermal runaway terjadi, baterai menjadi terlalu panas dan membakar sel-sel lain, yang menyebabkan kebakaran hebat dan berkepanjangan yang dapat melepaskan sejumlah besar panas, gas beracun dan asap kimia.
Saat ini, air dan selimut api khusus digunakan untuk menangani kebakaran kendaraan listrik, meskipun keduanya hanya berfungsi untuk mencegah api menyebar dan bukan untuk memadamkannya.
Memadamkan kebakaran baterai EV yang mengalami thermal runaway dapat memakan waktu yang sangat lama, seperti yang terlihat pada kasus yang melibatkan Tesla pada Agustus lalu.
Direktur Divisi Keselamatan Kebakaran Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Putrajaya Khirudin Drahman Hussain menyarankan, pemilik EV untuk mengikuti manual pabrikan guna memastikan pengoperasian yang aman dan mengurangi risiko kebakaran.
"Pemilik EV harus menghindari pengisian daya yang berlebihan, memantau sesi pengisian daya dan memastikan bahwa kendaraan mereka tidak terkena panas ekstrem atau serpihan," ungkap Khirudin dikutip dari Paultan, Kamis (10/10/2024).
Khirudin menambahkan, diperlukan waktu lima hingga 24 jam untuk memadamkan api EV sepenuhnya, tergantung pada ukuran baterai (kWh) dan beban api yang terlibat.
"Karena thermal runaway, panas tinggi dan proses deflagrasi yang cepat membuat kebakaran EV sulit dipadamkan dengan bubuk kering ABC biasa atau air kecuali kendaraan dibanjiri es," terangnya.
Baca juga: Bahaya Tersembunyi, Ada Risiko Kebakaran Mobil Listrik di Kapal Laut
Berdasarkan pedoman keselamatan kebakaran yang baru, tempat pengisian daya EV di Malaysia harus memiliki selimut api EV di titik strategis atau pusat komando kebakaran.
Petugas pemadam kebakaran juga menjalani pelatihan dan paparan terhadap kebakaran EV untuk mempelajari cara menanganinya dan tindakan pencegahan ekstra yang diperlukan, termasuk mengenakan alat pelindung diri lengkap dengan seperangkat alat bantu pernapasan.
Khirudin juga mencatat bahwa kebakaran yang melibatkan baterai EV dapat menyebabkan ledakan awan uap, dengan kemungkinan 70 persen di ruang bawah tanah atau area tertutup, yang pada akhirnya menghasilkan gas yang sangat beracun.
Baca juga: Gara-gara Mercedes-Benz EQE Meledak, Pemilik EV di Seoul Tak Boleh Isi Baterai di Atas 90 Persen
"Meskipun sering ada peringatan tentang bahaya kebakaran, banyak orang percaya bahwa itu adalah risiko yang hanya memengaruhi orang lain. Penting untuk ekstra hati-hati dan waspada untuk mencegah potensi insiden," jelasnya.
Direktur Pusat Pengembangan Otomotif Universiti Teknologi Malaysia (UTM) Mohd Azman Abas, mengatakan teknologi baterai EV penting dalam meminimalkan risiko kebakaran.
"Meskipun sebagian besar kendaraan listrik saat ini menggunakan baterai lithium-ion, yang menawarkan kepadatan energi dan efisiensi tinggi, baterai tersebut juga lebih rentan terhadap risiko seperti panas berlebih, yang dapat mengakibatkan thermal runaway," ungkap Azman.
Cara baterai dirancang dan dikelola penting, dengan sistem yang perlu memastikan pengisian dan pengosongan yang aman, serta menghindari panas berlebih, pengisian berlebih atau korsleting.