News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Imbas Cuaca Panas Tahun 2024 Tabir Surya Laris Manis, Angka Penjualan Tembus Rp 424 Miliar

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: willy Widianto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi sunscreen

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri Beauty and Care secara konsisten masih terus bertumbuh hingga di tahun 2024. Beberapa sub kategori memiliki pertumbuhan yang tinggi di kategori beauty and care, salah satunya sunscreen.

Baca juga: Bukan Sekadar Gaya, Ini Alasan Mengapa Remaja Perlu Pakai Sunscreen

Skincare yang digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari ini menjadi produk yang paling pesat penjualan (sales value) pada Kuartal I (Q1) 2024. Angka ini didapatkan melalui riset online dengan menggunakan metode crawling di platform e-commerce Shopee, Tokopedia dan Blibli.

Kenaikannya hampir dua kali lipat atau mencapai 99 persen ke level Rp 424 miliar, di mana pada kuartal I tahun 2023 hanya mencapai Rp 213 miliar. Berdasarkan data tersebut Compas.co.id menganalisa penyebab sub kategori sunscreen mengalami peningkatan yang cukup signifikan di kuartal I tahun 2024.

Menilik histori tahun 2023, sub kategori ini memang sempat meningkat tajam pada Oktober 2023 dikarenakan heatwave. Pada bulan tersebut, nilai penjualan sunscreen mampu menembus ke angka dari Rp 171 miliar dalam satu bulan, terpaut jauh jika dibandingkan pada kuartal I tahun 2023 yang hanya mencapai sekitar Rp 70 miliar.

Baca juga: Antisipasi Cuaca Panas Jemaah Haji Wajib Bawa Payung, Kacamata Hitam dan Tabir Surya

“Peningkatan penjualan sangat tajam, bahkan salah satu brand, sebut saja brand X, mengalami pertumbuhan hingga 1.860 persen pada Q1 2024 jika dibandingkan dengan Q1 2023," ujar Co-founder & CEO Compas.co.id Hanindia Narendrata, Kamis(30/5/2024).

"Dari rata-rata nilai penjualan sekitar Rp 1 miliar, meroket hingga hampir menembus Rp 20 miliar per bulan,” sambungnya.

Menurut Narendrata, ada tiga hal yang dapat menjadi insight dari brand beauty and care ini. Pertama start small, fokus dengan target market yang spesifik.

Baca juga: Dokter Kulit: Glowing Itu Muncul dari Dalam Diri Bukan Faktor Skincare

Brand ini mengembangkan produk sunscreen dengan berbagai benefit yang sesuai dengan iklim tropis dan jenis kulit orang Indonesia. Kedua, perhatikan visibility produk di marketplace (gambar, judul, dan deskripsi produk). Hal ini mempengaruhi pencarian dan produknya dapat dilihat oleh potential buyer.

Resep rahasia ketiga, karena brand x memiliki produk yang strong untuk pasar spesifik. Mereka tidak menggunakan pricing sebagai strategi, atau product range yang besar.

Melainkan mempersiapkan strategi bundling yang dapat memberikan benefit lebih bagi buyer."Terhitung strategi bundling memiliki kontribusi sebesar 31,5 persen dari total seluruh penjualan official store brand x,” lanjut Narendrata.

Ada pun sub kategori lain yang juga memiliki pertumbuhan cukup besar diantaranya paket kecantikan yang tumbuh 90 persen ke angka Rp 914 miliar. Yang sebelumnya hanya mencapai Rp 481 miliar pada kuartal I 2023 dan masker wajah, meningkat 64% dari Rp 142 miliar di kuartal I 2023, naik ke angka Rp 233 miliar di kuartal I tahun 2024.

Baca juga: Cerita Pengguna Skincare: Beli yang Sudah Ada Izin BPOM dan Jangan Percaya Iklan Medsos

Narendrata pun menyampaikan agar para beautypreneur dan pemilik brand beauty untuk memanfaatkan momentum-momentum positif yang secara konsisten terjadi di kategori beauty and care. Yaitu dengan memanfaatkan data sebagai informasi dasar pengembangan strategi penjualan.

Karena dengan angka, seseorang dapat mengambil keputusan yang terukur, bukan hanya melalui intuisi. "Maka dari itu kami menyarankan kepada brand owner beauty and care (beautypreneur) untuk mulai membuat keputusan berdasarkan data dan tidak ketinggalan dengan kompetitor lokal maupun global,” kata Narendrata.

Terakhir hal yang penting bagi brand beauty and care adalah memanfaatkan momentum campaign double dates seperti 11.11 dan 12.12. Serta harus peka dengan kejadian-kejadian offline yang dapat membantu meningkatkan penjualan. “Pada studi kasus brand x, mereka melihat peluang melalui campaign charity untuk membantu Palestina yang dilakukan pada bulan November 2023," imbuhnya.

Baca juga: Istri SYL Klaim Tak Pernah Beli Skincare dan Tas Bermerek Sejak Suami Jadi Menteri Pertanian

"Kemudian dikombinasikan dengan diskon untuk pembelian produk tertentu. Hasilnya peningkatan nilai penjualan mulai terlihat sejak November 2023 dan berlanjut hingga Maret 2024,” tutup Narendrata.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini