TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Syuro Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra menilai partai-partai Islam saat ini mengalami masalah keuangan. Menurut Yusril, banyak pengusaha yang enggan menyumbangkan dana kepada partai-partai Islam.
"Tidak menguntungkan secara keuangan, ketika orde baru jatuh, orang primbumi jadi pengusaha dikooptasi dengan Golkar. Yang punya uang pengusaha keturunan Cina, dia tidak akan membantu Partai Islam," kata Yusril dalam diskusi di kantor media online, Jakarta, Minggu (24/11/2013).
Apalagi, kata Yusril, selama Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto, politik Islam dan komunis dianggap berbahaya. Sehingga harus dibungkam. "Kiri dan kanan sama bahayanya. Modernis Islam dan PKI sama bahayanya selama 32 tahun. Ketika muncul reformasi, ideologi Islam tidak menguntungkan," ujar Pakar Hukum Tata Negara itu.
Citra Partai Islam juga tidak membaik. Yusril mengatakan ketika dirinya menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara ia banyak dibilang akan mendirikan negara Islam.
"Tri Sutrisno (Mantan Wakil Presiden) bilang hati-hati dengan Yusril, dia akan mendirikan negara Islam dan presiden akan digulingkan," imbuhnya.
Kemudian dari sudut internasional, Yusril mengatakan Islam dilihat identik dengan terorisme. Ini berbeda ketika era Masyumi masih hidup. "Kekuatan barat menjadikan Islam itu sekutu politik," tutur Yusril.
Mengenai partai nasionalis, Mantan Menteri Kehakiman itu menilai partai-partai tersebut juga mengalami perpecahan. "Partai Islam susah bersatu, partai nasionalis lebih susah besatu. Islam pecah, nasionalis juga, apalagi komunis, sosialisme pecah, Partai Kristen pecah. Citranya selalu Partai Islam yang pecah. Ini tidak menguntungkan," ungkapnya.