TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Ikrar Nusa Bhakti mengatakan tidak tercapainya target PDI Perjuangan mencapai suara 27 persen merupakan peringatan bagi partai berlambang banteng moncong putih tersebut.
Menurutnya, suara PDI Perjuangan yang hanya berkisar 20 persen hasil hitung cepat merupakan sebuah peringatan. Hasil tersebut, kata Ikrar bukan karena faktor luar partai, melainkan faktor dari dalam partai bernomor urut 4 dalam pemilu 2014 itu.
"Tantangan terbesar PDIP bukan Prabowo dengan Gerindra-nya. Persoalan PDIP datang dari internalnya (PDIP) sendiri," kata Ikrar di Gedung LIPI, Jakarta Selatan, Kamis (10/4/2014).
Ikrar menuturkan, PDIP harus bekerja keras untuk membereskan persoalan internalnya. Menurutnya, polemik di dalam tubuh PDI Perjuangan masih terjadi saat Joko Widodo diusung sebagai calon presiden.
"Banyak (internal PDIP) yang tidak suka Jokowi maju (sebagai capres). Karena banyak yang anggap tak miliki keturunan biologi Soekarno. Padahal keturunan Soekarno bisa saja kesamaan ideologi," tuturnya.
Untuk itu, kata Ikrar internal PDI Perjuangan harus terbuka matanya. Menurutnya, dengan mencermati hasil hitung cepat Pileg, PDI Perjuangan harus membangun koalisi yang luwes agar terwujud memimpin pemerintahan.