TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Munculnya spekulasi pasangan Aburizal Bakrie–Pramono Edhie Wibowo belum final. Kalangan internal Golkar banyak yang menganggap bahwa pasangan ini akan keok dan jadi pelengkap penderita saja. Hal ini dinyatakan Andi Sinulingga, politisi Partai Golkar.
Andi juga menyatakan semua keputusan Golkar masih menunggu Rapimnas partai kuning ini. Pernyataan Andi juga didukung oleh pendapat pengamat politik dari Populi Center, Nico Harjanto.
"Poros ketiga sebenarnya masih bisa mengejar Prabowo, terbuka kemungkinan ke sana. Tapi yang paling penting adalah figurnya. Figurnya harus menawarkan rekam jejak bagus, bukan muka lama, dan elektabilitasnya bisa meningkat," buka Nico, Sabtu (17/5/2014).
Ia menambahkan elektabilitas meningkat jangan dipersepsikan sebagai elektabilitas yang paling mendekati Jokowi dan Prabowo dalam survei. Membentuk poros ketiga menurut pengamat yang lembaga surveinya dipercaya menghitung elektablitas peserta konvensi bersama dua lembaga survei lain ini mengatakan yang dibutuhkan adalah keyakinan dan insting politik, bukan survei.
"Yang bisa diajukan adalah tokoh muda yang laku dijual sekaligus merepresentasikan negara, bukan hanya sekadar partai. Ini menjadi penting sehingga bisa diterima partai-partai lain. Ini akan menjadi vote getter pada segmen moderat nantinya," ujar Nico.
Bagi Nico poros ketiga bukan tak punya taring, mengingat lebih dari setengah pemilih belum menentukan pilihannya. "Yang penting figur yang muncul memiliki efek kejut, bukan sekadar ketua partai yang sudah mentok elektabilitasnya. Urusan tokoh muda tapi elektabilitas kecil asalkan diendorese dengan baik akan bisa meningkat dengan cepat," papar Nico.
Pernyataan Nico disetujui oleh Andi Nurlingga, politisi Golkar yang menganggap pasangan ARB–Pramono Edhie akan kalah. "Sri Sultan–Anies Baswedan malah punya efek kejut. Kalau ARB–Pramono tidak efektif dan hanya akan jadi pelengkap penderita saja," kata Andi.
Pernyataan Andi soal masih mungkin terciptanya poros ketiga juga diamini oleh Yuddy Chrisnandi (politisi Hanura) dan Didi Irawadi (politisi Demokrat). "Semua masih menunggu rapimnas," tutup Andi.