TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden akan dilangsungkan 9 Juli 2014. Belum terlambat bagi Golkar untuk kembali ke jalan yangg benar, jalan berdasarkan "serapan hati nurani" masyarakat kebanyakan yang sudah memutuskan untuk memilih Joko Widodo sebagai Presiden RI ke 7 dengan Jusuf Kalla sebagai Wapresnya.
"Kita menyaksikan dan kemudian mendengar suara rakyat kebanyakan pascadebat capres-cawapres pertama, Senin (9/6) yang memperlihatkan kehebatan pasangan nomor urut 2 tersebut dan sekaligus semakin mengokohkan pilihan rakyat ke Jokowi - JK," kata mantan pengurus DPP Golkar era Harmoko Ais Anantama Said, dalam perbincangan dengan wartawan, Selasa (10/6/2014)
Ais Anantama menilai Golkar wajib waras dan tidak perlu ragu untuk mengarahkan ulang dukungannya ke Jokowi-JK. Dia juga meminta pengurus daerah untuk tidak perlu ragu lagi untuk melengserkan jajaran kepengurusan pimpinan Ical,
"Ical beserta orang-orang dekatnya harus dibersihkan secepat mungkin. Tidak perlu menunggu Munas tahun depan. Tidak perlu menunggu Presiden baru Jokowi dilantik," katanya.
Menurut putra mantan Ketua Mahkamah Agung era Soeharto, Golkar sekarang sudah kehilangan jati diri dan tidak punya integritas yangg bisa dibanggakan.
"Golkar adalah pemenang pemilu legislatif kedua setelah PDIP. Tapi Golkar kehilangan arah dan tidak punya greget politik sehingga sekarang terlihat hanya seperti penggembira parpol lain alias jadi pom-pom boys," ujarnya.
Menurutnya, Golkar waras for Jokowi, harga mati. Rakyat melek betul, siapa yang bisa membawa mereka ke tingkat kehidupan yang lebih baik lagi.
Seperti diketahui, mantan Ketua umum Golkar Jusuf Kalla kini menjadi pendamping Jokowi. Meski secara resmi Golkar yang saat ini dipimpin Aburizal Bakrie mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.
Namun sejumlah elite dan kader Golkar menolak dan malah mendukung duet Jokowi-JK. Mereka adalah Ginandjar Kartasasmita dan putranya, Agus Gumiwang, Fahmi Idris, Wakil Ketua Dewan Penasehat Luhut Panjaitan, Eksponen Tri Karya Ormas Golkar dibawah koordinasi Zaenal Bintang, anggota Komisi III Golkar Nudirman Munir, kader muda Poempida, dan Indra Piliang.