News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Calon Presiden 2014

Produksi Fitnah ke Jokowi Tanpa Henti

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Joko Widodo atau sering disapa Jokowi saat menyapa Relawan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada Konser Salam 2 Jari di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Selatan, Sabtu (5/7/2014). Acara konser musik Salam 2 Jari dihadiri oleh sejumlah artis papan atas Indonesia seniman atau artis yang akan datang di antaranya Slank, Ian Antono, /rif, Koil, Krisdayanti, Erwin Gutawa, Nia Dinata, Navicula, Barry Likumahuwa, Stereocase, Setiawan Djody, Superglad, Mira Lesmana, Butet Kartaradjasa, Once, Happy Salma, Cinta Laura, Ayu Utami, dan Inul Daratista. (Tribunnews/Jeprima)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon presiden (capres) nomor urut 2, Joko Widodo (Jokowi) terus alami berbagai fitnah selama masa kampanye 4 Juni - 5 Juli 2014.

Bahkan, fitnah tersebut mengarah kepada upaya pembunuhan karakter.

Hal itu disampaikan penulis buku berjudul "22 Solusi Cerdas Jokowi", Michael Umbas dalam keterangan persnya, Sabtu (5/7/2014).

"Produksi fitnah tanpa henti dan dibuat sistematis dikerjakan oleh tangan-tangan yang ingin menghalalkan segala cara untuk kekuasaan. Fitnah "obor rakyat" luar biasa dampaknya," kata Umbas.

Pernyataan Umbas itu dikemukakannya usai menjadi pembicara dalam peluncuran buku tersebut di Manado, Sulawesi Utara.

"Mestinya sebagai ksatria, kubu lawan hadapi dengan program, bukan menyerang. Membunuh secara sistematis, massif dengan kampanye hitam," Umbas menegaskan.

Buku 22 Solusi Cerdas Jokowi, diterbitkan oleh relawan Bara JP dan disebar ke seluruh wilayah Indonesia.

"Ini adalah cara kami mengkampanyekan kebaikan  melalui tawaran program cerdas Jokowi, bukan dengan fitnah," ujar anggota presidium Bara JP, Roy Maningkas.

Dalam acara itu, juga hadir aktivis senior Bert Supit dan budayawan Pitres Sombowadile.

Supit menegaskan, secara kasatmata pilpres kali ini menjadi pertarungan ideologi yang buruk.

Menurutnya, seolah-olah ada kelompok yang mengatasnamakan agama sebagai musuh.

"Ini mengkhawatirkan karena sudah menjadi pertarungan ideologi yang melibatkan rakyat," kata Supit.

Pitres menambahkan, pilpres seperti mempertajam ruang konflik di tataran bawah karena pengaruh provokasi elit.

"Kata "Perang" dengan mudah dilontarkan, kelompok anti kebhinekaan dengan leluasa mengkampanyekan permusuhan," kata Pitres.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini