TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro, berharap bangsa Indonesia ke depannya bisa membangun tradisi baru terkait pemilihan presiden, yakni tradisi yang mengedepankan nilai-nilai positif.
Dalam diskusi "Kemana Arah Haluan Politik Indonesia Pasca-Pilpres?" Di Maarif institute, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (15/7/2014), Siti menyebutkan hal itu perlu dilakukan agar senantiasa masyarakat tidak dirundung ketakutan yang tidak beralasan, yang justru membuat demokrasi semakin mundur.
"Pilpres 2014 bukan lah hari kiamat," katanya.
Selain itu ia pun menghimbau para elit politik, untuk tidak mendustai kepercayaan yang diberikan masyarakat melalui partisipasinya dalam pemilu.
Siti mengakui Indonesia masih perlu belajar banyak tentang demokrasi, dan mengaktualisasikan nila-nilai tersebut, sehingga membuat Indonesia menjadi lebih baik.
Ia pun mengakui para elite masih banyak yang tergoda oleh politik, sehingga tak banyak dari mereka yang mampu menunjukan sikap kedewasaan, dan memberikan ketenangan di masyarakat.
"Alih-alih menyejukan hati, pilpres seolah dimaknai para elite sebagai sekedar sarana untuk meraih kursi," ujarnya.
"Padahal kontestasi dalam demokrasi membutuhkan budaya, etika politik dan keteladanan para elit. Maka pantas bila bangsa ini terus tertatih dalam membangun demokrasi," tandasnya.