TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Direktur Political Wave, Sony Subrata, mengatakan popularitas presiden terpilih 2014-2019, Joko Widodo, sangat dipengaruhi media sosial.
Ia memantau, jelang pemilihan presiden (Pilpres) 9 Juli lalu, jumlah pendukung pria yang masih menjabat Gubernur DKI Jakarta ini sempat naik-turun akibat isu-isu yang berkembang di media sosial.
"Sosial media merupakan katalisator. Ini menjadi sumber kelemahan sekaligus kekuatan Jokowi. Fitnah maupun pujian bermula dari sosial media," ujar Sony pada diskusi yang digagas Perhimpunan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi) di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Jumat (22/8/2014) sore.
Sony menjelaskan, pembicaraan netizen di dunia maya dapat bergulir ke bawah, melalui media Blackberry Messenger Message (BBM) maupun pesan singkat pada ponsel.
Sebaliknya, baik isu positif maupun negatif dapat naik kelas menjadi pembicaraan publik melalui media massa. Ia berkata, tidak sedikit pemberitaan Jokowi ditarik dari isu-isu di media sosial. Obor Rakyat misalnya, menurut Sony, mendasarkan pemberitaan bohongnya pada isu negatif di Twitter.
Fenomena ini serupa dengan pantauan peneliti Lembaga Survey Indonesia, Burhanuddin Muhtadi. Ia berujar, beberapa hari sebelum Pilpres, kampanye hitam melalui media sosial yang menyerang Jokowi sempat menurunkan popularitas bekas Walikota Solo tersebut.