Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tim Koalisi Prabowo-Hatta melaporkan tindakan represif kepolisian ke Komnas HAM. Laporan mereka menyikapi kepolisian saat menghadapi pendukung Prabowo-Hatta yang berunjuk rasa dekat Patung Arjuna Wiwaha pada Kamis (21/8/2014).
Anggota Tim Prabowo-Hatta Andre Rosiade mengatakan massa pendukung yang menunggu vonis Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2014 itu diperlakukan bak teroris. Menurutnya massa yang kabur terus dikejar dan dipukuli personel kepolisian.
"Jadi informasi yang dilontarkan Kapolri dan Menko Polhukam bisa kami pastikan itu bohong," kata Andre kepada wartawan di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (25/8/2014).
Padahal menurut Andre, sebelum terjadi bentrok, pihaknya telah tiga kali bernegosiasi dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Dwi Priyatno agar pendukung dipersilakan mendekat ke Gedung MK. Namun Irjen Pol Dwi Priyatno tidak menghiraukan pendapatnya.
"Kami tidak meminta orasi di depan MK tapi saat itu suasana panas sekali. Kami hanya minta orasi di depan Kemenhan atau di depan Museum Nasional yang banyak pohon, sehingga relawan tidak kepanasan. Tapi Kapolda tidak mau bernegosiasi dan tetap tidak mau bergeser sehingga muncul lah keresahan," terangnya.
Ia menilai tindakan aparat kepolisian yang bertindak represif berlebihan. Apalagi demi mengamankan jalannya sidang putusan, personel kepolisian memasang barikade kawat berduri dan memakai water cannon. "Seakan memperlakukan kami yang selama dua minggu beraksi seperti teroris," katanya.
Menurutnya, total korban yang terdata ada 54 orang dan sampai sekarang masih ada yang dirawat di rumah sakit. Di antara mereka ada yang tertembak, ada yang bocor pipinya, kepalanya, kepala belakang, perut. "Terlalu prematur Kapolri bilang tak ada peluru," imbuhnya.