Sinar mentari menyinari pagi di Dusun Gorottai, Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, saat empat anak bersemangat menuju sekolah mereka.
Namun, bukan hal mudah bagi Ratna Theresia (10), Antonius (10), Clara Marsalina (8), dan Paulus (7) untuk menuju sekolahnya. Mereka berempat harus melewati jalan berlumpur, melintasi sungai menggunakan perahu kayu, dan menembus hutan yang lebat.
Mereka berempat tampak tak kenal letih melintasi jalur menuju sekolahnya yang sangat berat tersebut. Baju seragam mereka pun harus ditaruh didalam tas lebih dahulu agar tidak kotor dikarenakan jalur yang berlumpur bila musim hujan tiba.
Raut keceriaan tersimpul Setibanya di Sekolah Uma Gorottai, begitulah masyarakat sana menyebut sekolah yang didirikan oleh salah satu lembaga yakni Yayasan Citra Mandiri Mentawai. Tidak besar sekolah tersebut dengan luas 4x5 dan hanya ada dua ruang kelas dengan fasilitas yang tidak cukup memadai.
Saat jam pelajaran dimulai, keempat anak tersebut serius mencatat dan mendengarkan arahan dari seorang guru yang bernama Leperia (32). Leperia telah setahun lebih mengajar untuk anak-anak Dusun Gorottai.
Sekolah Uma Gorottai saat ini hanya memiliki empat orang murid, namun hal itu sudah sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 72 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus.
Kini Leperia bersama YCMM tengah memperjuangkan Sekolah Uma Gorottai mendapatkan nomor induk dari kantor Dinas Pendidikan kabupaten dengan tujuan lulusan sekolah ini bisa diakui dan melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP.