TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pola pendidikan berbasis literasi diyakini mampu mengasah siswa untuk melahirkan berbagai macam ide atau gagasan penelitian.
Dimana, ketika ide tersebut dikembangkan dapat menghasilkan sebuah produk inovasi yang membanggakan.
Kepala SMAN 1 Matauli Pandan, Murdianto mengatakan, pola pendidikan literasi yang selama ini diterapkan disekolahnya, berbanding lurus dengan banyaknya ide penelitian yang dibuat oleh para siswa.
Baca: Ajaib, Tempat Jualan Ikan Keluarga Ini Tertimpa Pohon Besar, Tapi Semua Selamat
"Penguatan karakter melalui gerakan literasi mampu melahirkan ide-ide baru dari siswa," ujar Murdianto dalam keterangan tertulis, Rabu (21/2/2018).
Tidak sebatas ide atau gagasan penelitian, pihaknya juga mendorong para siswa untuk mengembangkan ide gagasan tersebut menjadi sebuah produk yang memiliki nilai dan fungsi.
Baca: Yudi Widiana Tidak Masalah Hak Politiknya Dicabut
Murdianto menekankan agar segala informasi yang didapat harus dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan.
"Dalam abad 21 ini, siswa harus mampu mengolah informasi menjadi ilmu pengetahuan dan menjadi kompeten untuk mengatasi masalah kehidupan," ujar Murdianto.
Adapun hasil penelitian dan inovasi produk yang berhasil diciptakan oleh siswa SMAN 1 Matauli Pandan adalah Avoteman dan Corncob Hand Sanitizer.
Avoteaman sendiri merupakan inovasi pemanfaatan Biji Alpukat sebagai bahan teh herbal.
Sementara Corncob Hand Sanitizer merupakan inovasi bonggol jagung menjadi bahan antiseptik tangan.
Kedua produk inovatif tersebut ternyata mampu memenangkan medali emas pada ajang Kaohsiung International Invention and Design Expo (KIDE) 2017, di Taiwan.
Kompetisi internasional yang diselenggarakan oleh World Invention Intelectual and Property Association (WIIPA) itu diikuti oleh 20 negara dari lima benua.
Tidak hanya pada ajang KIDE 2017, dua produk tersebut juga kembali menyabet medali emas di International Intellectual Property, Invention, Innovation and Technology Exposition (IPITex) 2018, di Bangkok.
Ketua Tim Avoteaman yang merupakan siswa kelas XI SMAN 1 Matauli Pandan, Zidan Dzulyadain Amri mengungkapkan, ide untuk melakukan penelitian dan menjadikannya produk teh biji alpukat tersebut tidak lepas dari budaya membaca yang digalakkan oleh sekolahnya.
"Dari budaya membaca yang digalakkan oleh sekolah, kami menemukan sebuah jurnal yang menyebutkan bahwa kandungan antioksidan dalam biji alpukat cukup banyak. Dari situ muncul ide bahwa biji alpukat sangat bermanfaat," ungkapnya.
"Namun misi kami bukan hanya sekedar membuat produk, tapi bagaimana menjadikan sesuatu yang tidak berguna menjadi bermanfaat. Bukan hanya riset, tapi bagaimana kita juga menekankan kepada isu lingkungan," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Pembina Yayasan Matauli, Akbar Tandjung mengapresiasi prestasi yang telah diraih para siswa dalam kancah internasional. Pihaknya berharap agar kompetensi anak-anak bangsa untuk melakukan penelitian dapat terus dikembangkan.
"Tentunya ini merupakan prestasi yang sangat membanggakan. Generasi muda harus mengambil bagian aktif dalam pembangunan Indonesia," kata Akbar.
Dia menegaskan, sekolah harus mengambil peran penting dalam mendukung kemampuan siswa dalam berkompetisi. Pelibatan siswa dalam berbagai macam kompetisi menjadi pintu masuk untuk meningkatkan kualitas diri.
"Melibatkan anak didik dalam berbagai forum dapat meningkatkan rasa percaya diri untuk bersaing dengan bangsa lain," pesannya.