TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Siapa sangka, Herayati, anak tukang becak di Cilegon, Banten, yang lulus diwisuda dengan predikat cum laude dari Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung (ITB) di Graha Sabuga, Bandung, hari ini, terinspirasi masuk ke ITB dari seorang gurunya.
Ditemui di sela prosesi acara wisuda ketiga ITB tahun akademik 2017/2018, di Graha Sabuga, Bandung, hari ini, Sabtu (21/7/2018), Hera menuturkan, inspirasi itu datang dari guru Sekolah Menengah Pertama (SMP)-nya saat dia duduk di bangku kelas sembilan (kelas 3 SMP).
"Saya masuk ITB tahun 2014. Awalnya diceritai sama guru SMP yang juga alumnus ITB, Beliau ternyata dapat beasiswa full. Dari situ Hera pengen kuliah tapi dapat beasiswa full," ujarnya.
"Nah yang Hera tahu (saat itu) cuma ITB doang. Yang ada di pikiran cuma ITB dan ITB. Selain itu, Hera juga suka sama kimia pas SMA. Dan jurusan kimia terbaik di Indonesia memang ada di ITB."
Keinginan masuk ITB pun sempat dia utarakan juga kepada kedua orangtuanya.
Tak disangka, orangtuanya rupanya mendukung penuh keinginan putrinya.
Baca: Inilah Herayati, Mahasiswi Cantik Anak Tukang Becak yang Lulus dengan Predikat Cum Laude di ITB
"Orangtua dibilang sama tetangga, "Sudah Pak, Hera mah dikuliahin saja". Nah pas Hera bilang mau ke ITB, orangtua sebenarnya khawatir tapi enggak pernah bilang "jangan". Jadi mungkin khawatirnya dipendam," ujar Hera.
"Bahkan orangtua saya bilang, "masalah biaya urusan belakangan yang penting masuk dulu"," sambungnya.
Sejak SMA, Hera mulai rajin berlatih mengerjakan soal-soal seleksi masuk perguruan tinggi agar lolos masuk ITB.
Bahkan, dia sempat mendapatkan beasiswa untuk belajar di bimbingan belajar persiapan seleksi perguruan tinggi.
"Pas kelas XII ikut try out SBMPTN yang ada soal ITB-nya. Se-Banten saya dapat peringkat empat nilainya. Yang peringkat 1-5 se-Banten dikasih beasiswa di bimbingan belajar itu," kata Hera.
Perempuan yang pernah bersekolah di MAN 2 Cilegon ini rupanya masuk ke ITB melalui jalur SBMPTN.
Saat pendaftaran SNMPTN ia sempat tak diterima di ITB. Saat daftar seleksi bersama itu, dia juga mendaftar beasiswa bidik misi.
"Tapi sebelum masuk ITB, saya lebih dulu diterima di sebuah universitas negeri di Jakarta. Tapi, universitas itu mewajibkan untuk menyetorkan uang daftar ulang dulu," ujar Hera.
"Karena sebelumnya belum tahu keterima di ITB, jadi Hera ambil. Daftar ulangnya, orangtua saya bahkan sampai jual emas," katanya.
Singkat cerita, Hera lebih memilih ITB ketimbang perguruan tinggi tersebut.
Hera akhirnya bisa masuk melalui jalur SBMPTN dan menerima beasiswa bidik misi.