TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini, banyak orangtua siswa yang tidak bisa lagi mengikuti materi pembelajaran anak, dalam upayanya untuk memberikan bimbingan tambahan saat anak berada di rumah. Terutama untuk kelas 4 ke atas.
Padahal, orangtua tentu ingin anaknya bisa berprestasi di sekolah dan memperoleh nilai yang baik.
Untuk itu, banyak orangtua mendaftarkan anaknya pada lembaga bimbingan belajar yang dekat rumah. Harapannya, tentu agar anak menjadi lebih berprestasi.
Namun, biaya bimbingan belajar ternyata tidak murah. Dengan biaya bimbingan yang tinggi, tentu tidak semua orang tua mampu membiayai anak nya untuk masuk ke bimbingan belajar.
Belum lagi, sudah bayar mahal, ada risiko atas hasil yang tidak memuaskan.
Ikut bimbingan belajar merupakan satu di antara solusi meningkatkan pencapaian nilai.
Namun, sebelumnya orang tua juga harus memahami bahwa karakter anak itu berbeda-beda dalam menyerap pelajaran.
Sehingga, untuk belajar dengan menyenangkan, tentu juga harus menggunakan metode yang tepat juga.
Fernando Uffie, pemerhati edutech di Indonesia menilai, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan bagi para orang tua maupun siswa untuk memilih solusi pendidikan berbasis teknologi ini agar dapat memberikan dampak yang positif bagi putra-putrinya. Terutama untuk dapat meningkatkan nilai siswa di sekolah.
“Yang pertama perlu diperhatikan adalah memahami bahwa siswa atau anak-anak ini memiliki karakter masing-masing dalam belajar. Sehingga proses belajar jadi lebih menyenangkan dan materi pembelajaran jadi lebih mudah untuk dipahami, ” ujar Fernando Uffie.
Baca: Transaksi Jasa PSK Terkuak di Blok M, Begini Nasib 4 Pebasket Jepang
Uffie menjelaskan, secara general, karakter siswa ini terbagi tiga bagian. Pertama adalah Auditory. Di mana anak lebih suka atau lebih mudah paham jika materi belajar disampaikan lewat audio.
Kedua, Visual. Di mana, siswa akan lebih cepat memahami materi pelajaran dengan melihat gambar atau video.
Ketiga adalah kinesthetic. Siswa akan lebih cepat memahami materi pelajaran sambil menyentuh dan bergerak.
Selain itu, yang perlu juga diperhatikan adalah apakah solusi tersebut sudah sesuai dengan kurikulum yang ada di Indonesia atau belum.