Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Bidang Pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan pihak sekolah seharusnya membantu mencari solusi siswa yang berasal dari orang tua kurang mampu secara ekonomi.
"Jika ternyata orang tua siswa tersebut tidak bisa melunasi uang SPP beberapa bulan karena ketidakmampuannya, maka hal ini harus dibicarakan baik-baik," kata Retno, Senin (28/1/2019).
Pernyataan Retno menanggapi GNS (10), seorang pelajar di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Bogor, yang menerima hukuman push up sebanyak 100 kali.
Hukuman itu diberikan pihak sekolah, karena belum melunasi uang sumbangan pembinaan pendidikan (SPP).
Sebagai upaya mencari jalan keluar dari permasalahan, kata dia, sekolah juga bisa berkoordinasi dengan pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan setempat.
Baca: Dikabarkan Menikah Bulan Februari, Reino Barack Bikin Heboh Seusai Beri Kode Hati untuk Syahrini
Dia mencontohkan upaya membantu memindahkan sang anak ke sekolah negeri terdekat, karena sekolah negeri untuk SD gratis.
Namun, kata dia, berbeda dengan pihak sekolah swasta yang memang operasional sekolah sangat tergantung uang bayaran siswa sehingga berbiaya.
Baca: Bayi Pasangan Arif Akbar-Suci Nur Punya Nama Unik, Panjangnya hingga 19 Kata
Selain itu, dia menambahkan, pihak sekolah juga bisa berkomunikasi dengan para orang tua lainnya melalui komite sekolah sehingga bisa dicarikan solusi.
"Misalnya dengan mencarikan orang tua asuh atau bantuan beberapa orang tua yang mampu melalui program subsisi silang untuk siswa yang orangtuanya kurang mampu secara ekonomi," tambahnya.
Sebelumnya, GNS (10), pelajar di salah satu sekolah swasta di Kabupaten Bogor, mendapatkan hukuman push-up sebanyak 100 kali.
Hukuman itu diberikan, karena orang tuanya tidak mampu membiayai uang SPP.
GNS mengatakan, peristiwa itu dialami pada pekan lalu, di salah satu sekolah kawasan Bojonggede, Kabupaten, Bogor.
Setelah menghadap ke kepala sekolah, GNS diminta push-up 100 kali.
Menurut dia, hukuman push-up bukan kali ini diterimanya. Dia sudah dua kali dihukum seperti itu.
Selain itu, kata dia, siswa lain pun ada yang dihukum sama dengannya.
Karena hukuman tersebut, GNS trauma berat hingga tidak mau lagi datang ke sekolah.