TRIBUNNEWS.COM - Sistem zonasi yang diterapkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) kembali menemui kejangalan.
Sebanyak 34 peserta PPDB di SMA Negeri 4 Semarang Tergeser ke SMA Negeri 1 Purwantoro, Wonogiri yang menurut Google Maps berjarak 134 kilometer.
Sejumlah orangtua calon perserta didik warga Kelurahan Gedawang Kecamatan Banyumanik melayangkan protes ke SMAN 4 Kota Semarang, Jumat (5/7).
Para orangtua tersebut kecewa adanya kesalahan sistem zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) online.
Data yang diterima Tribun, sistem zonasi PPDB online, menyebutkan antara Kelurahan Gedawang dengan SMA 1 Purwantoro hanya berjarak lima kilometer.
Baca: Pesan PGRI Soal Sistem Zonasi Sekolah, Harus Utamakan Kepentingan Siswa
Baca: PPDB di Bandung, dari Dosen Unpad Memalsukan KK Hingga Sorotan Terhadap Putri Ridwan Kamil
Baca: Unjuk Rasa Soal PPDB, Seorang Ibu Mengeluh Tetangga yang Lebih Jauh dari Sekolah Justru Lolos
Herman satu di antara orangtua calon siswa yang beralamat di Gedawang mengatakan anaknya mendaftar dua SMA sesuai zonasi yakni SMA 4 dan SMA 9.
Namun pada kenyataannya anaknya terlempar hingga SMA 1 Purwantoro di Wonogiri.
"Kelurahan dengan SMA 4 hanya berjarak 0,4 kilometer, dan menuju SMA 9 berjarak 1,4 kilometer. Kalau tidak diterima SMA 4 harusnya ke SMA 9. Namun ini diterimanya SMA I Purwantoro Kabupaten Wonogiri," katanya.
Dirinya juga heran pada sistem online PPDB, jarak kelurahannya dengan SMA 1 Purwantoro tertulis lima kilometer.
Hal ini berdampak 38 calon peserta didik yang ada di Kelurahan Gedawang diterima di Kabupaten Wonogiri.
"Jadi kesimpulannya SMA Wonogiri tidak bisa kalau tidak menerima anak-anak itu. Secara aturan harus diterima, karena zonasi lima kilometer itu. Jika 38 calon siswa tidak ada yang daftar ulang, maka akan terjadi kekosongan kelas di sekolah tersebut," ujarnya.
Dirinya berkonsultasi dengan panitia PPDB yang menyarankan peluang anaknya diterima berada di luar zona dengan menggunakan jalur prestasi.
Oleh sebab itu anaknya langsung dipindahkan ke SMA 11.
"Saya sudah komplain ke Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah tapi tidak ada tanggapan," jelasnya.
Ia menuding kejadian tersebut merupakan kesalahan sistem.
Oleh sebab itu pihaknya meminta kejelasan bagaimana nasib anak-anak yang diterima di SMA 1 Purwantoro.
"Nasib anak-anak itu apakah mau diterima di Purwantoro apa mau dialihkan," tanyanya.
Kekecewaan juga dirasakan Metasari warga Gedawang yang anaknya harus sekolah hingga SMA 1 Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Dirinya menyesalkan kenapa tidak ada pilihan lain sekolah zonasi terdekat.
"Anak saya daftar di SMA 4 terlempar di SMA 9 tiba-tiba terlempar di SMA 1 Purwantoro," tuturnya.
Dirinya menyebut sejak awal membuka Web PPDB online SMA 1 Wonogiri ada di dalam pilihan zona. Dia meminta agar anaknya tidak memilih SMA itu.
"Tidak diklik pun akhir terlempar di situ (SMA 1 Purwantoro) pada hari kedua," jelasnya. Meta menuturkan selama ini mencarikan sekolah anaknya yang terdekat dan berkualitas. Namun hal tersebut di luar rencananya.
"Peserta didik yang diterima di SMA 4 yang berasal dari zonasi hanya puluhan dan ada juga luar zonasi. Kalau membuat sistem zonasi harus memperhatikan sarananya," tutur dia.
Ia menuturkan akibat terlempar jauh, anaknya harus dipindahkan ke SMK swasta yang ada di Kota Semarang. Meta enggan mendaftarkan anaknya SMA swasta.
"Kenapa saya tidak mau di SMA Swasta. Sama-sama jaraknya yang jauh tapi anak saya bisa mempunyai skill (keahlian) jika berada di SMK swasta," terangnya.
Sistem dari dinas
Sementara itu, Admin PPDB SMA 4 Eko Sawardi menuturkan sistem PPDB telah diatur oleh Dinas. Sistem tersebut akan mencarikan sekolah ketika calon peserta tidak diterima.
"Misal seorang siswa mendaftar lima sekolah. Kalau tidak ada yang menerima sistem akan mencarikan sekolah lain," jelas dia.
Eko menyebut dalam sistem tersebut sekolah terdekat yang kekurangan murid berada di Wonogiri. Namun pihaknya enggan menjawab saat ditanya mengenai jarak antara Kelurahan Gedawang dengan SMA 1 Purwantoro.
"Itu di luar wewenang kami. Saya tidak tahu sistem siapa yang buat coba tanyakan ke dinas," ujarnya.
Eko menuturkan hanya diberitahu bagaimana mengoperasikan sistem tersebut. "Mengoperasikan pertama memberikan akun, memberi pelayanan apabila terjadi persoalan-persoalan proses pendaftaran, dan membantu masyarakat memberi solusi apabila tidak diterima di sekolah itu," terangnya.
Namun saat ditanya solusi, Eko hanya mengarahkan siswa ke sekolah yang masih kekurangan murid. Pihaknya juga menyarankan melalui jalur prestasi.
"Bisa saja di Semarang, bisa di luar Semarang. Sekolah mana yang kekurangan murid," tutur dia.
Kadisdik tak bisa ditemui
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Provinsi Jateng Jumeri, tak bisa ditemui wartawan di kantornya. Padahal mobil dinasnya berpelat H 39 tampak parkir di depan pintu masuk kantor Disdik Provinsi Jateng.
Ombudsman Regional Jawa Tengah juga gagal menemui Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng.
Akhirnya wartawan ditemui oleh Sekretaris Dinas Sulistyo untuk menemui awak media.
"Sebelum kami menentukan zonasi. Kami minta dulu sekolah-sekolah mana saja kelurahan yang terdekat dengan sekolah," kata Sulistyo.
Pendataan tersebut, kata diminta sejak bulan Februari 2019. Data itu ditarik dan dibahas pada Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) di masing-masing Kabupaten/Kota.
"Kemudian pihak sekolah mengukur jarak menuju sekolah tersebut dengan menggunakan jalur yang benar," imbuhnya.
Terkait jarak Gedawang dengan SMA 1 Purwantoro, dirinya menuding kesalahan ada di sekolah. Pihaknya meminta untuk menanyakan langsung ke kepala sekolahnya.
"Dulu beri masukan berapa? Benar tidak datanya," katanya.
Dia menolak kesalahan sistem berada dari dinas. Namun saat ditanya data MKKS, pihaknya mengaku tidak memiliki.
"Tapi kami akan cek lagi bagaimana penyebabnya. Kami belum berikan solusi," tuturnya.
Sulistyo mengakui persiapan aplikasinya bekerjasama dengan Telkom. Dana yang digunakan hasil patungan antar-SMA. Pihaknya tidak menyebutkan berapa nominal yang dipatok setiap sekolah.
"Pastinya itu dana dari sekolah. Dana itu dikelola dinas," tuturnya.
Potensi mal administrasi
Ketua Ombudsman Regional Jawa Tengah, Sabbdarudin Hullu menyebutkan siswa yang terlempar di SMA Wonigiri kemungkinan disebabkan kesalahan sistem. Sabbdarudin meminta pihak yang berwenang segera menindaklanjuti perkara tersebut.
"Kami konfirmasi ke Disdikbud katanya sudah disesuaikan dan dikembalikan di jalur awal. Bisa dicek di online," tuturnya.
Dia mengatakan orangtua harus mengecek informasi tersebut. Namun apabila belum maka ada potensi mal administrasi.
"Jadi harus ada tanggung jawab dari panitia. Jangan berimbas kepada hak-hak peserta yang mendaftar," pungkasnya.
Sabaruddin kepala dinas bisa mengambil keputusan. "Sosialisasi ke warga kurang. Inilah yang selalu saya tekankan agar kepala dinas bisa mengambil keputusan," ujarnya. (Rtp)
* Sebanyak 38 calon siswa asal Gedawang, Banyumanik yang mendaftar di ke SMAN 4 Kota Semarang, justru posisinya tergeser ke SMAN 1 Purwantoro, Kabupaten Wonogiri.
* Padahal jarak dari Semarang ke SMAN 1 Purwantoro, Kabupaten Wonogiri mencapai 134 kilometer.
* Para orangtua calon siswa bingung dan menduga ada kesalahan sistem zonasi PPDB.
(Tribunjateng.com/rahdyan trijoko pamungkas )
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Misteri 38 Pendaftar SMAN 4 Semarang Tergeser ke Wonogiri? Jumeri Menghilang, Ini Tanggapan Dinas.