TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) menggagas konsep kampus merdeka di lingkungan perguruan tinggi negeri dan swasta di Tanah Air untuk mendorong produktivitas perguruan tinggi sekaligus untuk meningkatkan kualitas lulusannya.
Kelanjutan dari konsep kampus merdeka ini, Nadiem menyiapkan 5 peraturan menteri sebagai payung hukumnya agar kampus bisa menerapkan kebijakan tersebut.
Salah satu butir Kampus Merdeka ala Nadiem adalah mengganti sistem kredit semester (SKS) menjadi progran kerja luar kelas.
Mahasiswa wajib mengambil kuliah 5 semester dari prodi asalnya. Kemudian, sisa dua semester lainnya yang setara dengan 40 SKS digunakan untuk praktik kerja lapangan.
Kemudian 1 sisa semester lainnya digunakan untuk belajar menimba ilmu dari prodi lainnya.
Merespon konsep Kampus Merdeka ala Nadiem ini, Universitas Budi Luhur, Jakarta, mengimplementasikan konsep tersebut dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswanya untuk lulus dengan alternatif skripsi.
Baca: Sandiaga Uno Sentil Kelakuan Andre Rosiade Menggerebek PSK di Padang, Sebut Itu Bukan Tugasnya
Mahasiswa juga diberi kebebasan memilih mata kuliah sesuai minat, serta merdeka melakukan aktivitas belajar di mana pun lokasinya.
Pihak kampus juga memberikan kebebasan mahasiswa menentukan jadwal kuliah, magang bekerja di luar negeri, bahkan kuliah sambil bekerja.
"Memilih jurusan dalam perkuliahan itu sama seperti memilih pasangan hidup. Jika tepat pilihannya tentu saja akan menyenangkan ketika menjalaninya. Namun, tak sedikit dari para calon mahasiswa yang salah memilih jurusan ketika sedang menjalani masa studi. Entah karena pilihan orang tua atau sekedar ikut-ikutan temannya," ujar Dr.Ir. Wendi Usino, M.Sc., MM, Rektor Universitas Budi Luhur.
Baca: 43 Orang Terinfeksi Virus Corona, 6 Orang Sembuh di Singapura
Wendi menjelaskan, di kampus Budi Luhur, mahasiswa merdeka untuk memilih kuliah sesuai hobi. "Tentunya hal tersebut ditopang dengan kurikulum yang merdeka juga agar mahasiswa dapat memiliki banyak keahlian diluar jurusan yang ia pilih. Mahasiswa juga diberikan kebebasan memilih jadwal kuliah sesuai dengan kebutuhan mahasiswanya juga dapat terlaksana," kata dia.
Wendi melanjutkan, perguruan tingginya sejak lama menerapkan konsep blended learning demi memberikan kemudahan belajar bagi para mahasiswanya. "Jadi di manapun, kapan pun, dan dalam kondisi apapun mereka tidak ketinggalan pelajaran," ungkapnya.
Belenggu Skripsi
Terkait dengan upaya memerdekakan mahasiswa dari belenggu tugas akhir pembuatan skripsi, Wendi tak menampik skripsi acap kali menjadi momok yang memusingkan dan menguji mental mahasiswa.
Terkait itu pihaknya memberikan pilihan mahasiswa lulus dengan alternatif skripsi agar tidak terlalu terbebani oleh syarat kelulusan yang berupa pembuatan skripsi.
“Bagaimana implementasi kampus merdeka itu adanya di kampus Budi Luhur. Cukup dilihat dari hal-hal yang sudah kami terapkan di kampus. Tak hanya mewujudkan mahasiswa merdeka tetapi juga dosen merdeka," ujar Wendi.
"Kurikulum lintas prodi yang dapat diambil oleh mahasiswa ditawarkan sebagai paket kompetensi yang dapat mereka pilih nantinya,” imbuhnya.