TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Buku-buku dan bahan bacaan bagi anak-anak Papua yang tinggal di pelosok terasa amat berharga untuk menimba ilmu pengetahuan.
Dilandasi keinginan meningkatkan literasi anak-anak papua, Agies Pranoto dan suaminya mendirikan komunitas literasi baca Saku di Kepulauan kabupaten Yapen, Papua, bulan Maret 2019.
Di komunitas ini dia aktif mengumpulkan berbagai bahan bacaan mulai dari buku dongeng, dan buku pengetahuan, baik buku bekas maupun baru untuk bisa digunakan sebagai bahan bacaan anak-anak di Yapen.
"Lewat upaya mengumpulkan buku-buku ini saya ingin menumbuhkan minat baca anak-anak dan masyarakat di Kepulauan Yapen dimana saya tinggal bersama suami yang bertugas di Serui. Saya ingin menumbuhkan minat baca anak sekolah mulai dari anak-anak SD sampai warga penduduk asli di sini," ujar Agies.
Agies mengaku memulai usaha sosialnya ini bersama tiga orang kawan dan mulai aktif mencari sumbangan buku.
Baca: Pinjaman Online Lagi Disorot, Begini Metode Penagihan yang Benar Menurut Cashwagon
Pihaknya aktif menghimbau kepada pemilik buku di Serui yang sudah membaca buku-bukunya mengirimkan kepada komunitasnya atau melalui pos.
Baca: Pose Pertama BCL Usai Berkabung, Tampil Senyum Bareng Maia Estianty dan Rossa
Pihaknya juga aktif menjaring donasi buku melalui lewat media sosial atau kontak secara langsung.
"Saat ini kami Saku mengirimkan setiap bulan 100 buku layak baca ke beberapa sekolah yang kebanyakan ada di pelosok kampung, dan baru sebanyak 1000 buku lebih yang kami distribusikan sampai sekarang," ungkap Agis Pranoto yang juga seorang jurnalis ini, melalui media elektotronik, Kamis (27/2/2020).
Baca: Fadli Zon Merasa Aneh, Kenapa untuk Urusan Banjir Selalu Anies Baswedan yang Disalahkan
Komunitas Saku kini dibantu 4 volunteer yang masih bertahan dan sejumlah pengajar muda dari Yayasan Indonesia Mengajar.
Buku buku yang distribusikan itu sangat mempengaruhi perilaku anak-anak yang kini menjadi lebih gemar dan belajar membaca. Bahkan, permintaan buku di beberapa sekolah terutama di pelosok kampung semakin meningkat.
"Buku bacaan dongeng dan ensiklopedia sangat dibutuhkan, kami masih menjaring donatur buku untuk bekerjasama," sebutnya.
Upaya aktif komunitas Saku kini mulai mendapat perhatian dari beberapa taman bacaan di sejumlah kota.
Dukungan juga datang secara langsung dari pejabat daerah, perpustakaan daerah, dan juga anggota dewan di Serui yang peduli terhadap pendidikan.
"Tentunya akan ada banyak lagi pegiat-pegiat literasi di pelosok yang juga tergerak untuk melakukan perubahan. Kami saja mau bergerak ke pelosok dengan menyeberangi laut dengan motor boat, bahkan mengantar buku hingga menempuh jalan berpuluh-puluh kilometer agar buku kami sampai di tempat tujuan dengan utuh," titurnya.
"Kami melakukan ini karena mengetahui banyak diluar sana anak anak yang sangat merindukan sosok buku bacaan, yang bisa mengisi pengetahuan mereka," lanjut Agis.
Dia berharap ke depan semakin banyak yang terlibat mendonasikan donatur buku maupun berpartisipasi sebagai pegiatnya. "Karena kami sangat membutuhkan buku bacaan," tutupnya.
Untuk menunjang kegiatan sosialnya ini Agis juga menjalankan bisnis kecil-kecilan di rumahnya dengan membuka warung kopi bernama Kopi Yoi.
Komunitas Baca Saku berlokasi di Jalan Maluku, lorong masuk depan Kantor KPUD Yapen, RT/RW 007/004, Kota Yapen, Papua, 98211.