News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kesiapan Indonesia Hadapi New Normal di Dunia Pendidikan, Pengamat: Tidak Semaksimal yang Diharapkan

Penulis: Inza Maliana
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kelas di sekolah.

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof Dr Joko Nurkamto MPd memberikan pandangannya terkait kesiapan dunia pendidikan di Indonesia dalam menghadapi new normal.

Joko mengatakan, dunia pendidikan di Indonesia bisa dibilang siap untuk menghadapi new normal.

Namun, siap yang ia maksud akan dimungkinkan tidak semaksimal seperti yang diharapkan oleh masyarakat.

Pasalnya, Joko menuturkan, kesiapan ini bergantung pada kejelasan bentuk kebijakan new normal yang dicanangkan oleh pemerintah.

"Siap tetapi mungkin tidak semaksimal yang kita harapkan."

"Karena kita tidak bisa mengatakan siap atau tidak siap sebelum kita tahu bentuk new normal itu seperti apa," jelas Joko kepada Tribunnews, Kamis (28/5/2020).

Pengamat pendidikan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. (Tribunnews/Istimewa)

Baca: Soal Rencana Sekolah Dibuka Padahal Corona Belum Reda, Pengamat: Harus Ada Aturan agar Siswa Aman

Jika wujud new normal yang dimaksud menjalani sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat, maka ada beberapa aturan yang harus ditegakkan.

Joko menyarankan, saat sekolah sudah mulai dibuka kembali pada Juli nanti, tidak semua siswa langsung masuk.

Ia mengatakan lebih baik diberlakukan sistem bergilir untuk para siswa.

"Juli jangan langsung semuanya masuk, pakai sistem bergiliran, misalnya minggu pertama itu dalam jenjang SD yang masuk kelas 4 sampai 6."

"Setelah itu diadakan evaluasi, supaya ada perbaikan-perbaikan," terang Joko kepada Tribunnews melalui sambungan telepon.

Joko pun menyarankan agar sekolah menyediakan tim kesehatan untuk memantau anak-anak.

ILUSTRASI aturan baru di sekolah, di tengah wabah virus corona ---- Siswa sekolah dasar negeri 002 Ranai melakukan aktivitas belajar menggunakan masker di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, Indonesia, Selasa (4/2/2020). Proses belajar mengajar kembali berlangsung setelah sebelumnya sempat akan diliburkan selama 14 hari terkait lokasi observasi WNI dari Wuhan, China yang berada di Natuna. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

Baca: Pengamat Nilai Bidang Pendidikan Harus Siap Hadapi New Normal: Adaptasi Cepat dan Tepat adalah Kunci

"Disamping itu, salah satu bentuk evaluasi itu juga di sekolah harus disediakan tim kesehatan yang memantau anak-anak."

"Jadi pemantauan dari petugas kesehatan ini untuk menjamin misalnya berkumpulnya anak-anak bisa dikendalikan," imbuh Joko yang juga menjabat sebagai Kaprodi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Inggris di UNS itu.

"Siap tidak pemerintah untuk itu karena kalau tidak akan berbahaya," tambahnya.

Oleh karena itu, dalam menghadapi new normal di dunia pendidikan, Joko menekankan harus ada sinergi dari guru, siswa, orang tua dan juga tim kesehatan.

Meski terdengar sulit, namun Joko mengatakan hal tersebut harus dilakukan agar kualitas pendidikan tidak menurun.

Para pelajar sekolah dasar di Fukuoka di hari pertama masuk sekolah, Senin(18/5/2020) setelah hampir 2 bulan diliburkan. (Foto Kyodo)

Baca: Pengamat Ungkap Sisi Positif Pembelajaran Daring di Masa Pandemi: Kemampuan Literasi IT Meningkat

Alasannya, menurut Dosen FKIP UNS itu, anak-anak lebih menyukai pembelajaran secara langsung atau tatap muka dibanding pembelajaran daring.

Sehingga ia menyampaikan, pembelajaran tatap muka masih diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Selain itu, Joko juga mengatakan, pembelajaran tatap muka diperlukan karena kemampuan literasi di Indonesia masih sangat kurang.

"Kebiasaan membaca kurang, ketersediaan referensi juga kurang."

"Oleh karena itu perlu meningkatkan kualitas literasi, seperti kemauan membaca, kemampuan membaca, dan ketersedian referensi," jelasnya.

Murid di Vietnam kembali sekolah, menggunakan masker dan cek suhu tubuh (AFP / Manan VATSYAYANA)

Baca: Menkes Terawan Ajak Kemenag dan Kemendikbud Kaji Protokol Kesehatan New Normal di Sektor Pendidikan

Sementara itu, Joko juga menyoroti soal kriteria sekolah-sekolah yang sudah bisa dibuka lebih dahulu.

Terdapat sebuah istilah untuk daerah zona merah dan zona hijau.

Namun, Joko mengungkapkan kriteria tersebut tidak menjamin daerahnya benar-benar bersih dari corona.

"Ada istilah zona merah dan zona hijau. Memang bagi daerah yang berzona hijau bisa dibuka lebih leluasa dibanding zona merah."

"Tapi menurut saya perbedaan zona merah dan hijau tidak jelas karena ada beberapa yang saya dengar status merah dan hijau ini bersifat politis."

"Saya tidak terlalu mempertimbangkan itu karena meski berzona hijau tapi tetap saja harus diwaspadai," tegasnya.

Joko pun menyatakan, kehati-hatian tetap harus dikedepankan meskipun tinggal di daerah berzona hijau.

(Tribunnews.com/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini