TRIBUNNEWS.COM – Wabah Covid-19 nyatanya tidak mampu menghentikan niat orang untuk terus berkarya.
Sebanyak 96 penulis dari berbagai latar belakang profesi, sukses merampungkan sebuah buku berjudul Amazing Fairy Tales (Bukan Dongeng Biasa).
Ya, mereka tetap berkarya dari rumah di tengah wabah Corona menerpa belahan dunia, tak luput Indonesia.
Buku Amazing Fairy Tales ditulis oleh 96 penulis dari berbagai latar belakang profesi.
Profesi yang beragam membuat buku Amazing Fairy Tales membuat bukunya semakin semarak.
Ada pendongeng, psikolog, penulis, guru, dosen, mahasiswa, siswa SMA dan juga ibu rumah tangga.
Semangat menulis buku dongeng muncul karena kecintaan penulis membangun minat baca anak dan menumbuhkan imajinasi dan kreativitas anak.
Baca: Karya Lintang, Seniman Indonesia Terpajang di Toko Buku Terbesar di Amerika
Koordinator penulis buku Amazing Fairy Tales, Euis Agung Sari, menulis buku dongeng menjadi pilihan untuk menghidupkan kembali dongeng.
“Karena banyak orangtua sibuk dengan aktivitasnya, dan jarang meluangkan waktu untuk anak anak, dengan hadirnya buku ini menjadi media agar orang tua bisa mendongeng dengan bahan cerita yang ada dalam buku Amazing Fairy Tales,” ujarnya kepada Tribunnews.com, Selasa (2/6/2020).
Beberapa dongeng yang muncul dalam buku ini adalah cerita tentang virus corona karya Julia Daniel Kotan yang dikemas dalam dongeng dengan judul Kebun Ajaib Nabila.
Dongeng sederhana tentang Nabila yang berteman dengan peri hijau yang memberitahu rahasia obat untuk menangkal corona.
Lucunya penangkal corona ternyata tumbuh di kebun belakang rumahnya.
Di kebun ajaib ibunya, ada jahe, temulawak, kunyit, serai dan kencur yang disebut peri hijau sebagai empon-empon.
Dongeng Klasik
Dongeng klasik juga muncul dalam buku ini. Salah satunya adalah karya Muslichah berjudul raja yang kehilangan sahabatnya.
Dongeng ini berkisah tentang penyesalan sang raja karena terlalu percaya kepada perdana Menteri yang suka menghasut dan culas.
Perdana menteri telah memfitnah Abu Taman, teman raja. Akhirnya, Abu Tamam ditangkap dan oleh Raja dan langsung dihukum gantung.
Namun, hati sang Raja tidak tenang dan selalu resah. Suatu ketika, Raja mendengar percakapan juru masak istana di dapurnya yang sedang berbincang-bincang dengan si Pemijat Raja.
Mereka menyebut-nyebut nama Abu Tamam, “Kasihan sekali Abu Tamam, padahal dia orangnya baik, tapi karena Perdana Menteri menjebaknya. Akhirnya dia kena hukuman gantung.”
Raja menyesal, setelah mendengar bahwa Abu Tamam dijebak oleh Perdana Menteri. Tapi, penyesalan Raja tidak bisa mengembalikan Abu tamam hidup kembali.
Baca: Hari Buku 17 Mei, Penulis Indonesia Luncurkan Buku Bersama Kemanusiaan pada Masa Corona
Dongeng Fabel
Dalam buku ini juga ada dongeng fabel. Salah di antaranya karya Teguh Indriawan berjudul Belibis dan Musang.
Dongeng ini bercerita tentang taktik musang yang ketahuan oleh belibis.
Musang yang mempunyai niat jahat pada belibis dibuat lari pontang-panting karena kedatangan Pak Tani.
Padahal itu sebenarnya adalah taktik belibis supada tidak ditangkap Musang.
Dongeng fabel mendominasi, Adalagi tentang Moli Lebah Hebat Wiwin karya Muhyi Susanti.
Moli si lebah mengajarkan anak-anak untuk berbagi makanan dan mau meminta maaf jika berbuat kesalahan.
Pesan positif seperti itu akan lebih bisa diterima anak-anak karena diceritakan dengan Bahasa sederhana yang tidak menggurui.
Menurut Nasirudin, kepala sekolah di SMPN 38 Jakarta sekaligus penulis, menulis buku dongeng dapat menyajikan nilai-nilai kehidupan secara utuh sehingga mudah ditangkap oleh daya fantasi sejak dini.
Anak-anak juga dengan suka cita membaca bukunya karena dilengkapi dengan ilustrasi pendukung dongeng.
Ketika buku ini dipesan, beberapa penulis yang mempunyai kemampuan mendongeng membuat program pelatihan dasar mendongeng untuk orang tua.
Materi diberikan oleh Kak Siska, Kak Mansur, Kak Yayat, Kak Ade, Kak Iin, Kak Euis, Kak Lusijani dan Kak Glen.
Pelatihan ini diberikan secara online mengingat pandemi yang masih berlangsung saat launching buku ini dilakukan.
Grup belajar mendongeng ini tidak hanya berisikan materi dongeng tapi peserta juga diminta untuk praktek mendongeng.
“Buku Amazing Fairy Tales bisa sebagai salah referensi dalam bercerita, juga sebagai portofolio karya yang berkaitan dengan profesi pendongeng,” jelas Kak Mansyur.
Pesan moral tanpa menggurui
Sambutan positif terhadap buku ini juga datang dari dinas pendidikan Jakarta Pusat.
Menurut kepala seksi Paud dan Dikmas Sudin Pendidikan Wilayah II Jakarta Pusat, Dwi Purwani sangat mendukung kegiatan menulis buku dongeng.
Orangtua bisa memberikan pesan positif pada anak tanpa menggurui.
Pesan beliau untuk penulisan buku anak bisa menambahkan pengetahuan yang bisa memberikan wawasan anak. Semoga minat membaca anak-anak bisa meningkat di tengah era digital seperti ini.
(Tribunnews.com/Suut Amdani)