Di mana sejak pagi, mereka akan ditinggal oleh ayah dan ibu untuk bekerja di sawah maupun tempat lainnya.
Selain itu, para orangtua tidak memiliki pendidikan yang baik juga menjadi keprihatinan Ida.
Temuan-temuan itu menggerakkan hati Ida untuk mengumpulkan anak-anak.
"Dulunya itu banyak perkataan yang kotor, terjaring dari itu kami punya semangat anak-anak kecil itu saya kumpulkan," jelas Ida.
"Kan anak-anak kecil tahun itu di rumah itu sendirian, bapak ibunya pergi ke sawah atau bekerja," tambahnya.
Mulanya, hanya anak-anak yang berada di tiga atau empat rumah terdekat.
Saat dikumpulkan, mereka diajarkan hal baik mengenai kehidupan sehari-hari.
Satu di antaranya adalah bagaimana menghormati orangtuanya ketika berada di rumah.
Ida memberikan contoh untuk bersikap sopan dan santun kepada orangtua mereka.
Baca: Pasutri Tulis Guru Makan Gaji Buta di Facebook, Ternyata Iri dengan Penghasilan Guru
Baca: Guru BK Jadi Mudah Tahu Bakat dan Minat Siswanya Lewat Aplikasi di Ponsel Androdi Ini
"Empat sampai tiga rumah saya kumpulkan saya mengajar, yang paling baik kami ajak kepada menghormati bapak ibunya," ungkap Ida.
Meski demikian, Ida juga sempat mengalami kendala dalam mengajar anak-anak di desanya.
Tak memiliki latar belakang pendidikan, Ida menjadi bingung pelajaran apa yang bisa diberikan untuk mereka.
Ida pun memutuskan untuk mencari referensi dengan membaca buku tentang mengajar anak.
Di mana kala itu, di desa tempat ia tinggal belum ada pendidikan tingkat dini yakni taman kanak-kanak (TK).