Dengan bantuan kepala desa setempat, anak-anak TK yang diajar oleh Ida mendapatkan bangku untuk sekolah.
"Sehingga saya mencari buku-buku tentang mengajar anak, tahun itu belum ada TK di kecamatan saya," tutur Ida.
"Setelah Kepala Desa tanggap membuatkan bangku dan itu belum diberi nama tidak ada pelaporan TK," lanjutnya.
Selain membaca buku soal mengajar anak, Ida juga memperoleh informasi dari sumber lain.
Ketika sang suami masih kuliah, Ida sering memperbaiki catatatan Supono.
Saat itu dengan keterbatasan, kuliah IKIP masih harus menumpang di ruang kelas sekolah dasar.
Atau terkadang mereka harus pergi ke alun-alun untuk berkuliah.
Baca: Peran Guru dan Sekolah Tetap Penting Saat Pembelajaran Model Hybrid
Baca: Banyak Siswa Tak Bisa Belajar Online, Guru SD di Pekalongan Mengajar Lewat Radio
Karena belum ada fasilitas fokotopi, Supono mencatat seadanya materi yang diberikan oleh dosennya.
Sementara itu Supono memilih untuk pergi ke sawah.
"Kan nggak ada fotokopi, kalau dosen memberikan pelajaran tulis menulis gitu, langsung saya disuruh memperbaiki di rumah dia bekerja ke sawah."
"Pinternya dari situ, menyalin tulisan dari perkuliahan itu tadi di bidang pendidikan," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)