TRIBUNNEWS.COM - Siang itu, Rogate (7 tahun), siswa kelas 3 SD di Cibubur tampak serius di depan laptop, membuka aplikasi Scratch untuk membuat game. Sesekali, Ia menengok ke layar smartphone yang menampilkan presentasi dari Kak Nindi, Instruktur Kelas Coding Robologee.
Pada hari itu Rogate dan beberapa anak sedang mengikuti kursus singkat coding online yang digelar Robologee, lembaga kursus Robotik dan coding yang ada di Gramedia World Harapan Indah Bekasi, Cirebon, Emerald Bintaro, dan BSD. Akibat pandemi Covid-19, siswa kursus Robologee terpaksa mengikuti kelas secara online.
“Kami menutup kelas-kelas offline dan menjalankan kelas online supaya dapat terus menampung minat belajar siswa kami selama pandemi,” ujar Doni Abdilah Siregar dari Academic Section Robologee.
“Karena online, maka siswa kami tidak hanya berasal dari sekitar Gramedia World, namun dari mana saja di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri, seperti dari Melbourne dan Abu Dhabi,” lanjut Threesna Setyadi, Marketing Section Robologee.
Kebijakan untuk belajar dari rumah memaksa pelaku bisnis pendidikan memutar otak untuk terus bisa memberikan layanan bagi siswa-siswanya. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan mengubah kelas offline menjadi online, menggunakan aplikasi video conferencing dan Learning Management System (LMS).
Robologee menggunakan aplikasi Zoom sebagai pengganti sesi tatap muka dan Edmodo sebagai LMS. Untuk mengikuti kelas coding, siswa harus mengoperasikan dua perangkat yaitu laptop dan smartphone.
Laptop digunakan untuk mengoperasikan aplikasi Scratch, aplikasi umum yang digunakan untuk memperkenalkan coding pada anak, dan smartphone untuk mengoperasikan aplikasi Zoom. Sedangkan silabus dapat diakses secara online di LMS Edmodo.
Tentu tidak mudah bagi anak-anak dan orangtua beradaptasi dengan model pembelajaran ini, namun hal ini tidak menyurutkan semangat mereka untuk belajar. Terbukti, lewat kursus singkat coding pada liburan sekolah yang baru berlalu, Robologee berhasil meluluskan lebih dari 100 siswa yang diberikan sebutan coder cilik.
Sebutan ini diberikan bagi siswa yang berhasil menyelesaikan proyek-proyek selama kursus. Proyek tersebut berupa pembuatan game sederhana. Saat menyelesaikan project, siswa melatih logika berpikir dan cara memecahkan masalah.
Lewat pembuatan game, siswa diajak untuk belajar sambil bermain. Karena belajar memang seharusnya menyenangkan, bahkan di masa sulit seperti sekarang. (*)