News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengamat Pendidikan Soroti Pembelajaran Online, Akui Mematikan Nilai Rasa dan Kepekaan Sosial

Penulis: Inza Maliana
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa belajar di bawah kolong rel kereta api Mangga Besar Jakarta Rabu (19/8/2020). Siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan internet gratis yang disediakan oleh sejumlah donatur. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM - Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Harun Joko Prayitno, menyoroti soal pembelajaran online.

Menurut Harun, pembelajaran online ini bisa mematikan nilai rasa dan kepekaan sosial.

Sebab, satu di antara hakikat pembelajaran ialah untuk memanusiakan manusia.

Upaya tersebut dilakukan untuk menjadikan kehidupan manusia (dalam hal ini anak) menjadi bermatabat.

Harun menilai, pemartabatan anak ini hanya bisa dilakukan melalui proses, bukan hasil yang tiba-tiba.

"Pembentukan manusia seutuhnya dan pemartabatan kehidupan bermasyarakan anak sebagai individu dewasa, yang berinteraksi di lingkungan mamsyarakat, merupakan tujuan akhir dari sebuah perjalanan panjang proses pendidikan," ungkap Harun dalam keterangan yang diterima Tribunnews, Senin (24/8/2020).

Pengamat pendidikan dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof Dr Harun Joko Prayitno MHum. (Tribunnews/Istimewa)

Baca: Dana Program Organisasi Penggerak Dapat Dialokasikan untuk Tingkatkan Kualitas PJJ

Di masa pandemi seperti saat ini, upaya pembelajaran daring menjadi satu di antara solusi.

Namun rupanya, pembelajaran daring bisa mempengaruhi beberapa nilai dari sebuah pendidikan.

"Salah satu kelebihan sekaligus lompatan pembelajaran online (daring) ialah pembelajaran yang mampu melapaui batas ruang dan waktu sekaligus (beyond classroom)."

"Namun demikian juga perlu disadari, hakikat pendidikan bukan hanya sekedar memintarkan atau bukan sekedar mengkompetensikan melalui online."

Siswa belajar di bawah kolong rel kereta api Mangga Besar Jakarta Rabu (19/8/2020). Siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan internet gratis yang disediakan oleh sejumlah donatur. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca: Kemendikbud Diminta Tidak Tindaklanjuti Usulan Pendidikan Militer untuk Mahasiswa

"Masalahnya, pembelajaran online tidak bisa meneyentuh nilai rasa atau mengabaikan kepekaan sosial," tegas Dekan FKIP UMS ini.

Oleh sebab itu, lanjut Harun, diperlukan strategi-strategi khusus yang lebih dapat menghargai anak.

Terutama nilainya sebagai sosok individu sosial yang sedang tumbuh kembang.

"Saat ini saatnya menanamkan dan mengamalkan secara nyata dalam kehipan anak sehari-hari tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan."

"Kebersihan merupakan modal pokok kesehatan."

Siswa belajar di bawah kolong rel kereta api Mangga Besar Jakarta Rabu (19/8/2020). Siswa mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan memanfaatkan internet gratis yang disediakan oleh sejumlah donatur. TRIBUNNEWS/HERUDIN (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

Baca: Guru Diminta Kreatif Ajari Siswa Saat PJJ, Kemendikbud: Tidak Cuma Diberi Tugas

"Kesehatan melalui pola hidup sehat merupakan penangkal utama untuk mencegah berbagai penyakit, salah satunya adalah Covid-19," ujar Harun.

Oleh karena itu, Harun menuturkan perlunya pertimbangan kembali pentingnya pembelajaran dalam skala-skala terbatas.

"Pentingnya pembelajaran dalam skala-skala yang ramah lingkungan atau pembelajaran di ruang terbuka, prinsipnya pembelajaran yang sehat."

"Kalau upaya ini tidak segera dilakukan, akan menimbulkan kepunahan pendidikan atau kehilangan satu generasi," pungkas Harun.

Sejumlah siswa mengerjakan tugas berkelompok menggunakan gawai secara bergantian di Balla Pendidikan' (Rumah Pendidikan) Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dadi, Kecamatan Mamajang, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (27/7/2020). (Tribun Timur/Muhammad Abdiwan)

Baca: Sinergi Kemendikbud dan Kemkominfo Dalam PJJ, Gus Jazil: Agar Tak Terdengar Keluhan Susah Sinyal 

Diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy turut menanggapi pendidikan di masa pandemi ini.

Ia mengatakan, pemerintah akan berupaya mengkaji ketertinggalan pendidikan di masa pandemi Covid-19.

Pasalnya, sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang saat ini dilakukan akibat pandemi Covid-19 banyak menuai kritikan dengan segala keterbatasannya.

Muhadjir mengatakan, evaluasi dan pengkajian ketertinggalan itu harus dilakukan setelah pandemi Covid-19 berakhir.

"Setelah Covid-19 selesai akan kita evaluasi dan kaji kembali bagaimana mengejar ketertinggalan."

"Kita semua harus mencari solusi optimal dalam memberikan pendidikan yang layak," ujar Muhadjir, dikutip dari situs resmi Kemenko PMK, Senin (24/8/2020).

SIMULASI - Simulasi pembelajaran tatap muka di SMP 17 Agustus 1945, Selasa (4/8/2020). Simulasi proses pembelajaran tatap muka yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Surabaya dilakukan seminggu setelah pertemuan kepala SMP negeri dan Swasta bersama Wali Kota Surabaya. Sebanyak 10 sekolah swasta dari 21 sekolah pilot project pembelajaran tatap muka ditunjuk mewakili wilayahnya. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (SURYA/SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Baca: Dana BOS Boleh Digunakan untuk Pembelian Pulsa Kuota Internet PJJ

Evaluasi tersebut juga dibutuhkan karena berbagai masalah muncul dalam penyelenggaraan PJJ tersebut.

Mulai dari masalah keterbatasan akses internet yang belum merata hingga kurangnya pemahaman orangtua. Hal tersebut berdampak pada penurunan kualitas belajar siswa.

Muhadjir pun menilai, PJJ menjadi masalah serius karena berhubungan dengan generasi masa depan Indonesia.

"Keberadaan PJJ ini menjadi masalah yang cukup serius. Kalau tidak diambil langkah-langkah yang juga serius akan sangat membahayakan," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Maliana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini