TRIBUNNEWS.COM - Perubahan pengajaran di dunia pendidikan menjadi sorotan menarik yang patut diperbincangkan.
Berkaitan dengan pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia, memaksa berubahnya pengajaran dari konvensional menjadi digital.
Namun, perubahan yang mendadak ini kerap kali menimbulkan masalah karena kurangnya adaptasi.
Terlebih, adaptasi yang dilakukan oleh para pengajar, siswa dan juga orang tua siswa itu sendiri.
Sebab, metode pengajaran sekolah konvensional tidak pernah berubah selama ratusan tahun terakhir.
Baca juga: Kemendikbud Beberkan Tantangan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19
Pengajar terbiasa berdiri di depan kelas, membelakangi papan tulis, dan membagikan ilmu kepada muridnya.
Masalah ini tentu tidak hanya terjadi di Indonesia, begitupun juga di negara-negara lain.
Sependapat dengan permasalahan ini, Vice President dan General Manager Asia Pasifik Zoho Corporation Gibu Mathew pun memberikan solusinya.
Ia memahami, guru dan murid di Indonesia amat bergantung pada interaksi sosial untuk memaksimalkan manfaat pembelajaran akademik.
Gibu menilai, sektor pendidikan belum sepenuhnya melakukan digitalisasi sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Baca juga: Nadiem Mengaku Intens Diskusi dengan Sri Mulyani Cara Rumusan Terbaik untuk Anggaran Pendidikan
Sehingga, perlu adanya sistem yang bisa membantu pemeran pendidikan mengejar ketinggalannya perihal menggunakan teknologi.
Sebagai alternatifnya, Gibu menawarkan penggunaan perangkat lunak bernama Zoho Connect.
"Dengan tidak adanya interaksi fisik karena PJJ, Zoho memiliki solusi perangkat lunak untuk membantu guru berinteraksi dengan murid secara lebih baik selama kelas virtual dan bahkan berkolaborasi pada waktu istirahat."
"Mereka dapat membuat polling, live quiz, membuat presentasi dengan animasi."
"Kemungkinannya tidak terbatas saat kita menggunakan teknologi untuk meningkatkan metode mengajar," kata Gibu dalam diskusi virtual yang digelar pada Rabu (28/10/2020).
Baca juga: Nadiem: PJJ Terpaksa Dilakukan untuk Melindungi Kelompok Rentan dari Covid-19
Gibu menjelaskan, nilai Zoho juga terdapat pada integrasi di semua solusinya.
Pengguna yang sebagian besar murid dan guru dapat segera menangkap perbedaan penting yang berpengaruh pada cara kerja sebuah aktivitas.
"Misalnya, intranet sosial terpadu seperti Zoho Connect dapat menghidupkan komunikasi."
"Mulai dari pendistribusian tugas, diskusi dan pengumuman secara privat atau di kanal sekolah, bahkan dapat secara langsung membuka pertemuan online dari forum diskusi."
"Fungsi ini tidak harus dioperasikan pada tingkat yang berbeda. Pembelajaran berkelanjutan dengan sesama teman atau pun individual harus lebih mudah dengan adanya teknologi," katanya.
Baca juga: Khawatirkan Dampak Negatif PJJ, Pemuda di Banjarnegara Bentuk Komunitas Pendidikan Saung Sahara
Menurutnya, selama murid dapat berperilaku baik saat belajar online.
Kehadiran platform digital dapat berkontribusi pada kesuksesan situasi belajar yang sehat dan kondusif.
Zoho sendiri merupakan perusahaan perangkat lunak global dari Chennai, India yang berdiri sejak 1996.
Kini, Zoho sudah mempunyai lebih dari 50 juta pengguna di seluruh dunia.
Pada akhirnya, Gibu mengakui sistem pendidikan tidak akan kembali seperti sebelumnya.
Baca juga: Nadiem Terima Keluhan Masyarakat Soal Borosnya Kuota Internet Selama PJJ
Baca juga: Kemendikbud: Guru Kesulitan Awasi Siswa Saat PJJ
Hal itu lantaran komponen pendidikan sudah memahami kenyaman dari teknologi.
Sebab, teknologi telah membantu pengguna menyelesaikan pekerjaan dengan cara yang lebih intuitif dan ringkas.
"Sektor pendidikan sebelumnya tidak pernah benar-benar butuh untuk melakukan digitalisasi."
"Hingga sekarang saat masyarakat tidak diijinkan berkumpul dalam jumlah besar."
"Terlebih lagi sektor tradisional ini harus mengejar ketinggalannya dalam hal teknologi," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Maliana)