TRIBUNNEWS.COM - Pantun merupakan bentuk puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari empat baris serta memiliki sampiran dan isi.
Dikutip dari Buku Pintar Pantun dan Peribahasa Indonesia (2015) karya Mutia Dwi Pangesti dan Desi Permatasari, pantun berasal dari bahasa Minangkabau patuntun yang berarti petuntun.
Dalam bahasa Jawa, pantun dikenal dengan nama parikan, sedangkan dalam bahasa Sunda disebut paparikan.
Selanjutnya, dalam bahasa Batak dinamakan umpasa (baca: uppasa), sebagaimana dilansir Kompas.com.
Pantun memiliki beraneka jenis, bila berdasarkan tema isinya ada Pantun Nasihat, Pantun Agama, hingga Pantun Teka-teki.
Berikut ini mengenai pantun, dilansir dari berbagai sumber:
Pengertian Pantun
Pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu) yang tiap baitnya terdiri atas empat baris, sebagaimana informasi yang tertuang dalam Buku Tematik Kelas 5 Tema 4.
Awalnya pantun merupakan sastra lisan, namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pantun adalah bentuk puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-b).
Tiap larik biasanya terdiri atas empat kata, baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran), baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Pantun juga bisa disebut bahasa sindiran menurut KBBI.
Dalam EYD dan Seputar Kebahasa-Indonesiaan (2008) Ernawati Waridah menjelaskan, pantun adalah jenis puisi lama yang terdiri dari empat baris dalam setiap bait terdiri dari sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama di awal, untuk mengantarkan rima atau sajak saja.
Sampiran biasanya terkait alam, mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya, dan tidak ada hubungannya dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud.
Kemudian, isi adalah dua baris terakhir yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Berikut merupakan ciri-ciri pantun.
a. Pantun bersajak a–b–a–b.
b. Satu bait terdiri atas empat baris.
c. Tiap baris terdiri atas 8 sampai 12 suku kata.
d. Dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris berikutnya adalah isi pantun.
Baca juga: Mengenal Warisan Budaya Subak di Bali: Pengertian, Filosofi, dan Nilai Budaya Subak
Baca juga: Sumber Energi Panas: Berikut Pengertian, Contoh, dan Manfaat bagi Makhluk Hidup
Jenis-jenis Pantun
Berikut ini adalah jenis-jenis pantun berdasarkan tema isinya, dilansir guruberbagi.kemdikbud.go.id:
1. Pantun Nasihat
Pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi imbauan dan anjuran terhadap seseorang ataupun masyarakat.
Karena itulah, tema isi pantun yang paling banyak dijumpai berjenis pantun nasihat.
Pantun yang satu ini memiliki isi yang bertujuan menyampaikan pesan moral dan didikan.
Contoh:
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa
Tiada belajar tiada yang rugi
Kecuali diri sendiri di masa tua
2. Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini memang memiliki kandungan isi yang lucu dan menarik.
Tujuannya tak lain untuk memberi hiburan kepada orang yang mendengar ataupun membacanya.
Tidak jarang pula, pantun jenaka digunakan untuk menyampaikan sindiran akan kondisi masyarakat yang dikemas dalam bentuk ringan dan jenaka.
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa
3. Pantun Agama
Jenis pantun yang satu ini memiliki kandungan isi yang membahas mengenai manusia dengan pencipta-Nya.
Tujuannya serupa dengan pantun nasihat, yaitu memberikan pesan moral dan didikan kepada pendengar dan pembaca.
Akan tetapi, tema di pantun agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai dan prinsip agama tertentu.
Contoh:
Kalau sudah duduk berdamai
Jangan lagi diajak perang
Kalau sunah sudah dipakai
Jangan lagi dibuang-buang
4. Pantun Teka-teki
Jenis pantun yang satu ini selalu memiliki ciri khas khusus di bagian isinya, yakni diakhiri dengan pertanyaan pada larik terakhir.
Tujuan dari pantun ini umumnya untuk hiburan dan mengakrabkan kebersamaan.
Contoh:
Terendak bentan lalu dibeli
Untuk pakaian, saya turun ke sawah
Kalaulah tuan bijak bestari
Apa binatang kepala di bawah?
5. Pantun Berkasih-kasihan
Sama dengan namanya, isi dari jenis pantun yang satu ini erat kaitannya dengan cinta dan kasih sayang.
Umumnya, pantun berkasih-kasihan tenar di kalangan muda-mudi Melayu untuk menyampaikan perasaan mereka kepada kekasih maupun orang yang disukainya.
Contoh:
Jelas sudah muram si duda
Karena kasihnya tiada lagi asa
Tiada detik bias wajah dinda
Hingga lapar tak lagi terasa
6. Pantun Anak
Tidak hanya untuk orang dewasa, pantun bisa juga disampaikan untuk anak-anak.
Tentu saja isinya lebih ringan dan menyangkut hal-hal yang dianggap menyenangkan oleh si kecil.
Tujuan awal dari jenis pantun yang satu ini untuk mengakrabkan anak dengan pantun, sekaligus memberikan didikan moral bagi mereka.
Contoh:
Kita menari ke luar bilik
Sembarang tari kita tarikan
Kita bernyanyi bersama adik
Sembarang lagi kita nyanyikan
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Kompas.com/Arum Sutrisni Putri)