Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menanggapi adanya mutasi virus corona yang ditemukan di Inggris, Epidemiolog Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman angkat bicara.
Ia mengingatkan pemerintah agar mempertimbangkan ulang rencana pembukaan sekolah tatap muka pada awal 2021.
Dikhawatirkan, dengan kecepatan penularan 70 persen dari virus asli, maka anak-anak rentan terpapar Covid-19.
"Ada dugaan juga bahwa mutasi ini lebih efektif juga menginfeksi anak-anak. Ini akan jadi perhatian besar apalagi kalau wacana buka sekolah ini terus digulirkan," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (25/12/2020).
Baca juga: Pemkot Solo Putuskan Tunda Kegiatan Belajar Tatap Muka Awal 2021
Dicky menambahkan, secara umum mutasi virus corona ini akan membuat orang sakit lebih banyak yang kemudian membuat pelayanan dan beban di Fasilitas Kesehatan jauh lebih berat.
Baca juga: Sekolah Tatap Muka Dibolehkan, Orang Tua Harus Ingat Pesan Ibu Untuk Cegah Penularan Covid-19
"Bisa sampai 3 kali lipat dari yang saat ini ada dan artinya kalau lebih banyak yang sakit, fasilitas Kesehatan tidak memadai, maka akan lebih banyak orang tidak tertolong," ungkapnya.
Ketua Satgas Covid-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban dalam cuitan di akun twitternya mengatakan, varian baru virus corona, sebenarnya sudah ada dari 20 September silam, tapi baru disadari beberapa hari lalu.
"Varian baru ini bernama N501Y dan punya kemampuan infeksi yang lebih tinggi. Lebih mudah menular 70 persen. Terutama kepada anak-anak," cuitnya pada Jumat (25/12/2020).