TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dekan FKIP Universitas Borneo Tarakan Suyadi mengatakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang berkepanjangan telah berdampak pada menurunnya kemampuan belajar siswa (learning loss).
Menurut Suyadi, learning loss memberikan dampak psikososial terhadap anak-anak.
"Learning loss ini akan memberikan dampak dalam jangka pendek dan jangka panjang. Setidaknya ada tiga dampak jangka pendek yang harus diwaspadai yaitu terganggunya tumbuh kembang anak, terjadinya tekanan psikologis dan psikososial serta kekerasan dalam rumah tangga, dan ancaman putus sekolah," ujar Suyadi dalam Webinar Mitigasi Learning Loss, Kamis (11/2/2021).
Kesenjangan akses belajar, ketidakmerataan infrastruktur, dan perbedaan keterampilan pedagogis guru menjadi beberapa faktor penyebab terjadinya learning loss.
Sedangkan dalam jangka waktu lebih panjang, learning loss mengakibatkan ketidakmampuan tamatan pendidikan untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Menurut Suyadi, hal ini disebabkan siswa tidak menguasai kompetensi yang dibutuhkan karena tidak mampu mengikuti materi belajar. Padahal kompetensi dibutuhkan untuk mendapatkan pekerjaan di masa depan.
Baca juga: Ribuan Siswa di Cimahi Terancam Tak Naik Kelas Akibat PJJ, Kemendikbud Minta Guru Hubungi Orang Tua
"Salah satu kompetensi yang penting dikuasai siswa adalah membaca atau literasi. Bank Dunia sudah memprediksi akan terjadi penurunan skor PISA (Programme for International Student Assessment) dibidang membaca akibat penutupan sekolah," tutur Suyadi.
Dalam skenario menengah, menurut Suyadi, rata-rata siswa akan kehilangan 16 poin PISA dari estimasi positif, sedangkan dalam estimasi negatif, siswa bisa kehilangan 34 sampai 36 poin.