Reynas Abdila/Tribunnews.com
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui kerja sama dengan Direktorat Kesehatan Lingkungan dan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kementerian Kesehatan meluncurkan Panduan Pemicuan Perubahan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun di Sekolah/Madrasah dan Masyarakat” pada Rabu (31/3/2021) secara daring.
Panduan ini bertujuan untuk memicu perubahan perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) menyusul rencana dibukanya sekolah/madrasah secara tatap muka Juli 2021.
Direktur Eksekutif Yayasan Plan International Indonesia Dini Widiastuti menyatakan, untuk mengubah kebiasaan perilaku membutuhkan pemicuan yang terus menerus untuk mendorong keberlanjutan perilaku baru.
Baca juga: Terapkan Belajar Tatap Muka, Pemprov DKI Rencanakan Buka 100 Sekolah di 7 April Mendatang
“Munculnya pandemik Covid-19 telah menimbulkan kembali kesadaran baru akan pentingnya mencuci tangan pakai sabun. Walaupun sudah genap satu tahun pandemik, namun belum seluruh masyarakat menerapkan praktik ini dengan baik," kata dia.
Menurutnya, sosialisasi panduan ini diharapkan bisa meningkatkan praktik cuci tangan pakai sabun yang akan semakin baik dan berkelanjutan.
Baca juga: Panduan Lengkap Tentang Aturan Pembukaan Sekolah Tatap Muka, Berikut Ketentuannya
“Kami berharap dengan adanya panduan ini, perilaku CTPS akan melekat dan menjadi perilaku keseharian yang akhirnya dapat mengurangi angka kasus Covid-19 maupun penyakit lainnya. Plan Indonesia terus berkomitmen untuk mendukung perubahan perilaku CTPS masyarakat Indonesia terutama di tengah pandemik Covid-19,” tambah Dini.
Sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) ke-6 yaitu sanitasi untuk semua, Plan Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas akses dan partisipasi masyarakat terhadap higienitas dan sanitasi.
Melalui program Water for Women (WfW), Plan Indonesia mendorong praktik STBM berkelanjutan di Nusa Tenggara Timur (Kabupaten Manggarai) dan Nusa Tenggara Barat (Kabupaten Sumbawa) sejak 2018 dengan dukungan Pemerintah Australia.
Hingga saat ini, sudah lebih dari 535.000 orang di NTT dan NTB menerima manfaat dari praktik STBM berkelanjutan dan hidup dengan kebersihan dan sanitasi yang lebih baik.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kepatuhan masyarakat terhadap pedoman cuci tangan hanya 75,38 persen dari total 90.967 responden.
Angka ini menunjukkan bahwa belum seluruh masyarakat menerapkan praktik cuci tangan pakai sabun terutama di tengah pandemik Covid-19.