TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada 2 Mei 2021 hari ini, kita rasanya perlu merenungkan ulang tentang kualitas infrastruktur pendidikan dasar di Indonesia.
Laporan hasi riset terbaru yang dilakukan YAPPIKA-Action Aid menunjukkan, sebanyak 250.000 atau 1 dari 5 ruang kelas SD Negeri di Indonesia dalam kondisi rusak, rawan roboh, lembab, dan berdebu.
"Kondisi ini menempatkan 1 dari 5 anak SD setiap hari terancam bahaya belajar di ruang kelas yang rusak," ujar Direktur Eksekutif YAPPIKA-ActionAid, Fransisca Fitri pada acara diskusi virtual dengan media di Jakarta, Minggu (2/5/2021).
Fransisca menjelaskan, data yang dia dapatkan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga menunjukkan bahwa setidaknya ada 150 ribu SD berada di kawasan rawan bencana.
"Sebanyak 36 persen SD Negeri di Indonesia juga tidak punya toilet yang layak," ungkap Fransisca.
YAPPIKA-ActionAid menggelar rangkaian kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan publik mengenai pendidikan inklusif.
Baca juga: 12 Orang Lakukan Aksi Jalan Kaki dari Cirebon ke Istana Negara, Minta Presiden Segera Buka Sekolah
“Dengan dukungan penuh para mitra kerja kami di daerah, Uni Eropa European Union (EU) serta dukungan korporasi dan dana publik, 5.362 anak-anak di 92 sekolah dampingan sudah merasakan fasilitas Pendidikan pendidikan yang lebih baik dan bisa belajar dengan nyaman di kelas," ungkapnya.
Baca juga: Data Exabytes & PANDI Sebut Website Sekolah Meningkat 168 Persen Meski di Era Pandemi
"Namun demikian, perjuangan kita masih panjang karena masih ada ribuan sekolah dengan kondisi tidak layak," lanjutnya.
Rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati Hardiknas ini diharapkan dapat menjadi ajang pembelajaran dan sarana diskusi yang berkualitas untuk mempromosikan tata kelola dan akuntabilitas yang baik di sektor pendidikan di Indonesia, sejalan dengan pencapaian indikator #4 dari Sustainable Development Goals (SDGs) melalui keterlibatan masyarakat sipil yang aktif dalam proses pembangunan publik.
Baca juga: Waspadai Penipuan yang Janjikan Kelulusan Jadi Mahasiswa atau Taruna Sekolah Kedinasan
Kegiatan yang dilaksanakan meliputidiskusi publik secara virtual, pameran virtual dan talkshow TV yang bertujuan untuk menginformasikan capaian kerja-kerja advokasi YAPPIKA-ActionAid bersama mitra-mitra di berbagai daerah.
Rangkaian kegiatan berlangsung sejak 24 April 2021 untuk pameran virtual dan diskusi publik diselenggarakan secara virtual selama dua hari pada 1 dan 2 Mei 2021.
Pada pameran virtual, ditampilkan foto-foto kondisi sekolah di 6 wilayah kerja YAPPIKA-ActionAid, yaitu Kabupaten Kupang dan Sumba Barat di Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Bima di Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Pandeglang dan Serang di Banten, dan Kabupaten Bogor di Jawa Barat serta Kabupaten Sambas di Kalimantan Barat.
Pameran foto ini memotret kondisi sekolah sebelum pendampingan pelaksanaan program dan pasca ketika pendampingan program berjalan, serta keterlibatan aktif anggota komunitas sekolah.
Pameran virtual ini dapat diakses melalui situs bitly/https://ciptakansekolahaman.com WebExpo-CiptakanSekolahAman dan akan berlangsung hingga 30 Mei 2021.
Diskusi publik menghadirkan pejabat dari Direktorat Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khsusus Kementerian Pendidikan, Komunitas Sekolah SDN Ciluar 02 Bogor, Direktur Sentra Advokasi Perempuan, Difabel dan Anak (SAPDA), Bupati Sambas, para Sahabat Sekolah Aman, serta para mitra kerja YAPPIKA-ActionAid dan anggota komunitas sekolah dari 6 kota di wilayah kerja YAPPIKA-ActionAid.
Rangkaian kegiatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat umum agar turut peduli dan secara nyata membantu mewujudkan pendidikan inklusif melalui berbagai kegiatan penggalangan dana.
Reza Rahadian, Duta Persahabatan YAPPIKA-ActionAid mengatakan, sejak 2016 dirinya terlibat cukup aktif mendukung kampanye Sekolah Aman, salah satu gerakan yang diprakarsai oleh YAPPIKA-ActionAid untuk mendukung terwujudnya sekolah inklusif bagi semua.
"Saya melihat langsung bahwa kerja kampanye dan advokasi untuk terus mengingatkan pemerintah, menyajikan fakta-fakta dari lapangan dan meningkatkan dukungan publik akan mendorong percepatan penanganan sekolah-sekolah rusak dan terwujudnya Sekolah Aman yang inklusif bagi anak-anak Indonesia,” ujar Reza Rahadian.