TRIBUNNEWS.COM - Berikut pembagian zaman praaksara berdasarkan geologi.
Zaman praaksara disebut juga zaman prasejarah.
Masa praaksara berarti masa sebelum manusia sebelum mengenal bentuk tulisan.
Manusia yang diperkirakan hidup pada masa praaksara adalah manusia purba.
Baca juga: Hasil Kebudayaan Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara
Sementara itu, geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai planet bumi beserta isinya.
Berikut pembagian zaman praaksara berdasarkan geologi, dikutip dari Buku Kehidupan Masyarakat pada Masa Praaksara, Masa Hindu dan Masa Islam oleh Tri Worosetyaningsih.
1. Zaman Arkeozoikum/Zaman Tertua
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun.
Pada saat itu, kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan.
2. Zaman Paleozoikum/Zaman Primer atau Zaman Hidup Tua
Zaman ini berlangsung 340 juta tahun.
Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini di antaranya, mikro organisme, ikan, ampibi, reptile dan binatang yang tidak bertulang punggung.
3. Zaman Mesozoikum/Zaman Sekunder atau Zaman Hidup Pertengahan
Zaman ini berlangsung kira-kira 140 tahun.
Pada zaman ini jenis reptil mencapai tingkat terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil.
Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis bruung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya.
Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan.
4. Zaman Neozoikum/Zaman Hidup Baru
Zaman ini dibedakan menjadi dua, yakni:
a. Zaman Tersier/Zaman Ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun.
Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti primata, contohnya kera.
b. Zaman Kuartier/Zaman Keempat
Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting.
Lantas, jenis manusia purba apa saja yang ada di Indonesia?
Berikut ini jenis-jenis manusia purba di Indonesia:
1. Pithecanthropus Erectus
Jenis manusia ini ditemukan oleh seorang dokter dari Belanda bernama Eugene Dubois pada tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggir Bengawan Solo.
Lokasinya tak jauh dari Ngawi (Madiun).
Pithecanthropus Erectus berarti manusia-kera yang berjalan tegak.
Jenis manusia ini menurut para ahli memiliki kemampuan berpikir yang masih rendah karena volume otaknya 900 cc.
2. Meganthropus Paleojavanicus
Pada tahun 1941, Von Koeningwald menemukan sebagian tulang rahang bawah yang jauh lebih besar dan kuat dari rahang Pithecanthropus.
Geraham-gerahamnya menunjukkan corak-corak kemanusiaan, tetapi banyak pula sifat keranya.
Von Koeningwald menganggap makhluk ini lebih tua daripada Pithecanthropus.
Makhluk ini ia beri nama Meganthropus Paleojavanicus karena bentuk tubuhnya yang lebih besar.
Diperkirakan hidup pada dua juta sampai satu juta tahun yang lalu.
3. Homo Soloensis
Von Koeningwald dan Wedenreich menemukan kembali sebelas fosil tengkorak pada tabun 1931-1934 di dekat desa Ngandong, lembah Bengawan Solo.
Sebagian dari jumlah fosil itu telah hancur, tetapi ada beberapa yang dapat memberikan informasi bagi penelitiannya.
Von Koeningwald menilai hasil temuannya ini bahwa makhluk itu lebih tinggi tingkatannya daripada Pithecanthropus Erectus.
Baca juga: Mengenal Seni Rupa Terapan, Berikut Pengertian, Fungsi dan Jenis-jenisnya
Bahkan makhluk ini sudah dapat dikatakan manusia.
Makhluk ini oleh Von Koeningwald disebut Homo Soloensis (Manusia dari Solo).
4. Homo Wajakensis atau Homo Sapiens
Selanjutnya, di dekat Wajak sebuah desa yang tak jauh dari Tulungagun Kediri ditemukan sebuah tengkorak yang disebut Homo Wajakensis.
Jenis manusia purba ini memiliki tinggi tubuh antara 130-210 cm, dengan berat badan kira-kira 30-150 kg.
Mukanya lebar dengan hidung yang masih lebar, mulutnya masih menonjol.
Dahinya pun menonjol, walaupun tidak seperti Pithecanthropus.
Manusia ini hiduo antara 25.000-40.000 tahun yang lalu.
Kehidupan mereka lebih maju karena sudah bisa membuat alat-alat dari batu maupun tulang.
(Tribunnews.com/Yurika)