TRIBUNNEWS.COM, Jakarta - Dengan perkembangan pesat internet, terjadi perubahan cara masyarakat mengkonsumsi program televisi atau konten media.
Akibatnya masyarakat dapat menikmati hiburan dan berita tidak hanya melalui televisi, tapi juga lewat telepon genggam yang berisi beragam aplikasi hiburan.
“Internet menyebabkan pengguna telepon genggam memegang kontrol atas semua konten yang akan mereka lihat, juga waktunya, kapan saja,” ujar Wakil Direktur PT Indonesia Entertainment Group (IEG), Indra Yudhistira ketika memberikan pandangannya tentang perubahan media dalam acara “Pembukaan Masa Kuliah Akademi Televisi Indonesia (ATVI) Tahun Akademik 2021-2022” yang dilaksanakan melalu zoom, Sabtu (4/9).
Pemaparan Indra yang disampaikan dalam bentuk dialog dengan mahasiswi ATVI, Nadya, Indra mengatakan dari data, penetrasi orang nonton TV memang masih cukup tinggi, tapi di samping itu, semakin banyak yang nonton hiburan maupun program lain, tidak melalui TV.
“Dalam situasi seperti itu, dibutuhkan peningkatan keahlian dan perubahan pola pikir. Jangan hanya berfikir untuk flatform saja (TV dan lain-lain) tapi kontennya. Jadi, penting sekali untuk mulai berfikir, buat konten jangan pikirkan flatformnya dulu,” ujar Indra.
Indra mengatakan pendidikan formal seperti ATVI sangat perlu. Sebab kampus akan memberikan bekal dan pengatahuan yang mumpuni. Dengan sekolah kita belajar tehnik membuat konten yang baik sehingga hasilnya bermanfaat bagi masyarakat banyak.
Baca juga: DPR Sepakat Anggaran Pendidikan Harus Tepat Sasaran
“Namun, orientasi pada media baru yang konten kreatornya bisa disebar atau ditayangkan di banyak platform itu yang harus diperhatikan, Jadilah konten kreator. Karena itu kesempatan untuk memproduksi kebebasan bagi mahasiswa,” kata Indra.
Persiapkan Sarjana Terapan
Ketua Yayasan Indosiar, Maria Suryani mengatakan, saat ini teknologi komunikasi yang berkembang pesat, memicu perubahan yang amat cepat pula, bahkan tidak terduga dan penuh ketidakpastian.
Pandemi covid-19 turut mewarnai percepatan ragam perubahan ini.
“Bagi ATVI, situasi ini merupakan tantangan-tantangan yang suka atau tidak suka, siap atau belum siap, harus diatasi, diantisipasi dan dijawab. Cara yang terbaik menghadapi perubahan adalah melakukan penyesuaian atau adaptasi, artinya kita pun harus berubah, jika tidak ingin dilindas oleh perubahan,” ujar Maria Suryani.
Dalam realitas ini, lanjut Maria Suryani, ATVI tengah mempersiapkan diri dengan pelbagai upaya, antara lain memproses perubahan program studi dari Diploma 3 (saat ini), menjadi program studi Diploma 4 (Sarjana Terapan) dalam bidang Produksi konten Media digital.
Selain itu, ATVI tengah mengolah kurikulum baru dengan fokus pada keterampilan digital (digital skills). Juga tengah mempersiapkan infrastruktur pendidikan yang lebih memadai dalam bentuk gedung baru/dan kemudahan pendidikan yang lain.
Sementara Direktur ATVI, Eduard Depari MA mengajak para mahasiswa baru diharapkan mempersiapkan diri dengan mengubah pola pikir (mindset) dari sekedar penerima pengetahuan, menjadi pembelajar dan sekaligus pengolah pengetahuan sehingga memahami apa yang dipelajari dan dapat memanfaatkannya dalam hidup di kemudian hari.
Menurut Eduard, kita hidup ditengah-tengah pesatnya perkembangan teknologi yang cenderung mengubah hampir semua aspek kehidupan sosial kita. Teknologi digital mendisrupsi pola komunikasi massa (media cetak hampir sirna perannya, pola belanja daring menyusutkan peran pasar dan sebagainya), mendisrupsi jasa kerja konvensional (teller di Bank, mekanisasi pertanian, dsb).
Daftar disrupsi ini akan terus bertambah dan pertanyaann lanjutannya adalah : “Bagaimana pendidikan mengatasi masalah tersebut? Atau bagaimana seharusnya pendidikan bersikap, sehingga disrupsi tidak berdampak negatif pada output (keluaran) pendidikan?”
Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi, Direktorat Jendral Vokasi, DR. Beny Bandanadjaya, yang ikut memberikan sambutan mengatakan, ATVI di bawah bendera Elang Mahkota Teknologi, sudah dikenal reputasinya sehingga sistem pendidikannya sudah tidak diragukan lagi yakni link and match.
Mahasiswa ATVI punya akses pada peralatan, prosuksi dan studio yang lengkap dan mahasiswa dapat mengakses SCTV, Indosiar, Ochannel, dan Video.com. “Di situ mahasiswa akan merasakan bagaimana sebetulnya proses kerja yang riil jika sudah lulus,” katanya.
Dengan adanya pendidikan vokasi seperti ATVI turut berbangga bahwa Indonesia memiliki SDM unggul dan keahlian tinggi dalam bidang perteleviasian. Ini akan mendukung pembangunan Indonesia.
Sedangkan Kepala LLDIKTI Wilayah III, Prof. Dr. Agus Setyo Budi, M.Sc mengatakan, meski dalam masa pandemi dan pembelajaran masih daring tapi kita harus semangat dan optimistis. “Menjadi mahasiswa artinya memasuki fase kehidupan baru di mana kita akan membentuk jati diri menjadi manusia seutuhnya,” katanya.
Mengungkap ajaran Ki Hajar Dewantara, Agus Setyo Budi mengatakan, paradigma pendidikan yang kembali pada kemerdekana belajar dan kemandiraian untuk mencari nilai dan tujuan hidup sebagai manusia seutuhnya, yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat dan bangsa filosofi itu mendasari transformasi kebijakan “Merdeka Belajar- Kampus Merdeka” yang memerdekakan pendidikan untuk meningkatkan budaya pembelajaran dan inovasi yang dapat memantik buah pemikiran generasi penerus bangsa.