TRIBUNNEWS.COM- Sultan Hasanuddin merupakan raja dari Kerajaan Islam Gowa Tallo di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin lahir pada 12 Januari 1631 dan merupakan raja ke-16 Kerajaan Gowa.
Dikutip dari Buku Tematik SD/MI Kelas IV Tema 5 Pahlawanku (2017) oleh Angi St. Anggari, dkk, Sultan Hasanuddin dijuluki "Ayam Jantan dari Timur" karena kegigihan dan keberaniannya melawan Belanda.
Sultan Hasanuddin selalu membela kepentingan kerajannya dan kepentingan rakyatnya dengan gigih.
Ia juga berusaha menegakkan kedaulatan dan memperluas wilayah kerajaan.
Selain itu, ia juga berhadapan dengan Aru Palaka, Raja Bone yang dibantu oleh Belanda.
Baca juga: Mengenal Balaputradewa, Raja Kerajaan Sriwijaya serta Sejarah Kejayaan dan Peninggalannya
Baca juga: Mengenal Sri Maharaja Purnawarman, Raja di Kerajaan Tarumanegara beserta Prasasti Peninggalannya
Sultan hasanuddin dikenal arif dan bijaksana.
Ia merasa sedih karena harus bertempur melawan keluarga sendiri.
Arung Palakka La Tenri Tatta to Erung telah menjadi saudara kandungnya sendiri.
Sultan Hasanuddin mempertimbangkan jika pertumpahan darah di kalangan orang Makassar dan Bugis harus segera dihentikan.
Sultan Hasanuddin berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kerjaannya untuk melawan Belanda.
Oleh karena perjuangan dan jasa-jasanya nama Sultan Hasanuddin diabadikan menjadi nama jalan dan universitas di Makassar, Sulawesi Selatan.
Pemerintah juga meganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin.
Setelah wafat, Sultan Hasanuddin dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Gowa di Sulawesi Selatan.
Kompleks pemakaman raja-raja merupakan peninggalan sejaran yang perlu dijaga kelestariannya.
Selain itu, kompleks pemakaman ini juga dijadikan objek pembelajaran sejarah bagi bangsa Indonesia.
Sang Pemberani Penentang VOC
Dikutip dari ditsmp.kemendikbud.go.id Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC sangat ingin menguasai perdagangan rempah di Nusantara dan selalu memicu konfik terhadap masyarakat di daerah yang dikunjunginya.
Daerah yang tidak setuju dengan kehadiran VOC adalah Gowa, Sulawesi Selatan oleh Kerajaan Gowa.
Kerajaan Gowa terletak di tengah-tengah lalu lintas pelayaran dan perdagangan yang ramai antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.
Kerajaan Gowa menjadi pusat perhubungan antara Pulau Jawa, Pulau Kalimantan dengan Kepulauan Maluku yang menjadi surag rempah-rempah.
Faktor inilah yang membuat kongsi perdagangan Hindia-Belanda ingin menguasai dan memonopoli perdagangan di wilayah ini.
Kongsi dagang yang bernama VOC ini kesulitasn untuk memonopoli perdagangan di Gowa pada abad 17.
Kesulitan tersebut terjadi karena Kerajaan Gowa sedang dipimpin oleh Raja Sultan Hasanuddin yang sangat menentang keras praktik monopoli perdagangan VOC.
Baca juga: Mengenal Sejarah Mahapatih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara dan Isi Sumpah Palapa
Sultan Hasanuddin mengawali perlawanan dengan VOC pada tahun 1660.
Pasukan Kerajaan Gowa yang terkenal dengan ketangguhan armada lautnya mulai mengumpulkan kekuatan bersama kerajaan-kerajaan kecil lainnya untuk menentang dan melawan VOC.
VOC tidak tinggal diam melihat pasukan kuat Kerajaan Gowa.
VOC menjalain kerjasama dengan Kerajaan Bone yang sebelumnya memiliki hubungan kuran baik dengan Kerajaan Gowa.
Hal inilah yang dimanfaatkan oleh VOC untuk menghimpun kekuatan untuk menghancurkan Kerajaan Gowa.
Namun, pasukan Kerajaan Gowa terlalu tangguh untuk dihancuekan VOC dan para sekutunya.
(Tribunnews.com/Devi Rahma)
Artikel Lain Terkait Materi Sekolah