News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Materi Sekolah

Biografi Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional Pendiri Taman Siswa

Penulis: Devi Rahma Syafira
Editor: Wahyu Gilang Putranto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ki Hajar Dewantara

TRIBUNNEWS.COM - Berikut biografi singkat Ki Hajar Dewantara yang dijuluki Bapak Pendidikan Nasional.

Ki Hajar Dewantara memiliki nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat.

Ia lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.

Dikutip dari Buku Siswa SD/MI Kelas IV Tema 5 Pahlawanku (2017) oleh Angi St Anggari, Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara menyelesaikan pendidikan dasar di Yogyakarta.

Ia juga sempat melanjutkan pendidikannya di Stovia.

Stovia sendiri adalah sekolah kedokteran di Jakarta yang didirikan khusus untuk orang Indonesia.

Ki Hajar Dewantara memiliki kemampuan berbahasa Belanda yang digunakannya untuk menuliskan kritikan-kritikan terhadap pemerintah Belanda.

Baca juga: Mengenal Sejarah Mahapatih Gajah Mada Sang Pemersatu Nusantara dan Isi Sumpah Palapa

Baca juga: Kapitan Pattimura, Pahlawan Nasional dari Maluku dan Perjuangannya Melawan Belanda

Pada tanggal 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa, yaitu sekolah nasional pertama bagi rakyat Indonesia.

Taman Siswa merupakan bentuk nyata perjuangan melawan penjajah karena ia yakin jika pendidikan akan membantu mencapai tujuan kemerdekaan bangsa.

Selain itu, jasa Ki Hajar Dewantara sangatlah besar dalam dunia pendidikan.

Ia mendapatkan gelar "Bapak Pendidikan Nasional" dan tanggal lahirnya 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Biografi Singkat

Ki Hajar Dewantara merupakan putra dari GPH Soerjaningrat atau cucu Sri Paku Alam III.

Dikutip dari Buku Ki Hajar Dewantara " Pemikiran dan Perjuangannya" (2017) oleh Suhartono Wiryopranoto,dkk, Ki Hajar Dewantara merupakan keluarga bangsawan Pakualaman.

Sebagai bangsawan Jawa, ia menyelesaikan pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) yaitu sekolah rendah untuk anak-anak Eropa.

Selanjutnya, ia mendapatkan kesempatan masuk di STOVIA ( School tot Opleiding Voor Inlandsche Artsen) yang biasa disebut Sekolah Dokter Jawa.

Namun, karena kondisi kesehatannya tidak mengizinkan Ki Hajar Dewantara pun tidak tamat dari sekolah ini.

Selain itu, ia menggeluti profesi jurnalisme yang berkiprah di beberapa surat kabar dan masa majalah pada waktu itu.

Majalah atau surat kabarnya antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetosan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaya Timoer, dan Poesara yang mengeluarkan kritik Sosial-Politik kaum bumiputra kepada penjajah.

Tulisannya komunikatif, halus, mengena, tetapi keras.

Jiwanya sebagai pendidik sudah tertanam di dalam jiwanya dan direalisasikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa pada tahun 1922 untuk mendidik masyarakat bumiputra.

Sebagai figur dari keluarga bangsawan Pakualaman Ki Hajar Dewantara memiliki kepribadian sangat sederhana dan sangat dekat dengan rakyat.

Jiwanya menyatu melalui pendidikan dan budaya lokal Jawa guna menggapai kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat kolonial.

Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi dasar untuk ia memperjuangkan kesatuan dan persamaan nasionalisme kultural sampai dengan nasionalisme politik.

Keteguhannya untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia melalui pendidikan dilakukan dengan resistansi terhdap Undang-undang Sekolah Liar 1932.

Yaitu Undang-undang yang membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia hingga akhirnya dihapus oleh pemerintah kolonial.

Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah yang kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya sengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI.

Baca juga: Mengenal Sri Maharaja Purnawarman, Raja di Kerajaan Tarumanegara beserta Prasasti Peninggalannya

Baca juga: Mengenal Sejarah Sultan Agung Raja Kerajaan Mataram Islam 1613-1645, Simak Penjelasannya

Selain itu, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1950.

Ia juga mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada dan diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada tahun 1959.

Meskipun perjuangannya belum selesai untuk mendidik putra bangsa namun ia memelopori lahirnya pendidikan di Indonesia.

Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 dan dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta.

(Tribunnews.com/Devi Rahma)

Artikel Lain Terkait Materi Sekolah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini