News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Materi Sekolah

Mengenal Dampak Pergerakan Bulan: Pasang Surut Air Laut, Pembagian, dan Fase-fase Bulan

Penulis: Katarina Retri Yudita
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Bulan - Berikut dampak pergerakan bulan, di antaranya pasang surut air laut, pembagian bulan, dan fase-fase bulan.

TRIBUNNEWS.COM - Berikut dampak pergerakan bulan, di antaranya pasang surut air laut, pembagian bulan, dan fase-fase bulan.

Bulan adalah benda langit yang terdekat dengan bumi sekaligus merupakan satelit bumi.

Karena bulan merupakan satelit, maka bulan tidak dapat memancarkan cahaya sendiri, tetapi memancarkan cahaya matahari.

Sebagaimana dengan bumi yang berputar dan mengelilingi matahari, bulan juga berputar dan mengelilingi bumi.

Baca juga: Mengenal Kondisi Bumi: Bentuk, Rotasi, hingga Revolusi Bumi

Berikut informasi lengkap mengenai bulan, dikutip dari Buku IPA Kelas 7 Semester 2:

Bentuk bulan

Bulan berbentuk bulat mirip seperti planet.

Permukaan bulan berupa dataran kering dan tandus, banyak kawah, serta terdapat pegunungan dan dataran tinggi.

Bulan tidak memiliki atmosfer, sehingga sering terjadi perubahan suhu yang sangat drastis.

Selain itu, bunyi tidak dapat merambat, tidak ada siklus air, tidak ditemukan makhluk hidup, dan sangat gelap gulita.

Bulan melakukan tiga gerakan sekaligus, yaitu rotasi, revolusi, dan bergerak bersama-sama dengan bumi untuk mengelilingi matahari.

Kala rotasi bulan sama dengan kala revolusinya terhadap bumi, yaitu 27,3 hari.

Oleh karena itu, permukaan bulan yang menghadap ke bumi selalu sama.

Dampak pergerakan bulan

1. Pasang surut air laut

Pasang adalah peristiwa naiknya permukaan air laut, sedangkan surut adalah peristiwa turunnya permukaan air laut.

Pasang surut air laut terjadi akibat pengaruh gravitasi matahari dan gravitasi bulan.

Akibat bumi berotasi pada sumbunya, maka daerah yang mengalami pasang surut bergantian sebanyak dua kali.

Ada dua jenis pasang air laut, yaitu pasang purnama dan pasang perbani.

- Pasang purnama dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan terjadi ketika bulan purnama.

Pasang ini menjadi maksimum ketika terjadi gerhana matahari.

Hal ini karena dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari yang mempunyai arah yang sama atau searah.

- Pasang perbani, yaitu ketika permukaan air laut turun serendah-rendahnya.

Pasang ini terjadi pada saat bulan kuartir pertama dan kuartir ketiga.

Pasang perbani dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari yang saling tegak lurus.

Ilustrasi air laut - Berikut dampak pergerakan bulan, di antaranya pasang surut air laut, pembagian bulan, dan fase-fase bulan. (BPBD Gianyar)

2. Pembagian bulan

Ada dua pembagian bulan, yaitu bulan sideris dan bulan sinodis.

Waktu yang dibutuhkan bulan untuk satu kali berevolusi sekitar 27,3 hari yang disebut kala revolusi sideris (satu bulan sideris).

Namun, karena bumi juga bergerak searah gerak bulan, maka menurut pengamatan di bumi, waktu yang dibutuhkan bulan untuk melakukan satu putaran penuh menjadi lebih panjang dari kala revolusi sideris.

Waktunya yaitu sekitar 29,5 hari yang disebut kala revolusi sinodis (satu bulan sinodis).

Kala revolusi sinodis dapat ditentukan melalui pengamatan dari saat terjadinya bulan baru sampai bulan baru berikutnya.

Satu bulan sinodis digunakan sebagai dasar penanggalan Komariyah (penanggalan Islam).

3. Fase-fase bulan

Fase-fase Bulan (Tangkapan layar repositori.kemdikbud.go.id)

Fase-fase bulan merupakan perubahan bentuk-bentuk bulan yang terlihat di bumi.

Hal ini dikarenakan posisi relatif antara bulan, bumi, dan matahari.

Fase-fase bulan adalah sebagai berikut:

1. Bulan baru terjadi ketika posisi bulan berada di antara bumi dan matahari.

Selama bulan baru, sisi bulan yang menghadap ke matahari nampak terang dan sisi yang menghadap bumi nampak gelap.

2. Bulan sabit terjadi ketika bagian bulan yang terkena sinar matahari sekitar seperempat, sehingga permukaan bulan yang terlihat di bumi hanya seperempatnya.

3. Bulan separuh terjadi ketika bagian bulan yang terkena sinar matahari sekitar separuhnya, sehingga yang terlihat dari bumi juga separuhnya (kuartir pertama).

4. Bulan cembung terjadi ketika bagian bulan yang terkena sinar matahari tiga perempatnya, yang terlihat dari bumi hanya tiga perempat bagian bulan.

Akibatnya, masyarakat dapat melihat bulan cembung.

5. Bulan purnama terjadi ketika semua bagian bulan terkena sinar matahari, begitu juga yang terlihat dari bumi.

Akibatnya, masyarakat dapat melihat bulan purnama (kuartir kedua).

(Tribunnews.com/Katarina Retri)

Artikel lainnya terkait Materi Sekolah

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini