Saat pesta berlangsung, Raja menyerahkan kalung itu.
”Kalung ini hadiah dari kami. Lihat, indah sekali, bukan? Kau pasti menyukainya,” kata Raja.
Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri menolak mengenakan kalung itu.
”Aku tak suka kalung ini, Ayah,” tolak Putri dengan kasar.
Raja dan Permaisuri terkejut. Kemudian, Permaisuri berusaha membujuk putrinya dengan lembut. Permaisuri mendekat dan hendak memakaikan kalung itu ke leher putrinya.
”Aku tidak mau! Aku tidak suka kalung itu! Kalung itu jelek!” teriak Putri sambil menepis tangan Permaisuri.
Tanpa sengaja, kalung itu terjatuh. Permata-permatanya terceraiberai di lantai. Permaisuri sangat sedih. Permaisuri terduduk dan menangis.
Tangisan Permaisuri menyayat hati. Seluruh rakyat yang hadir turut menangis. Mereka sedih melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.
Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Aliran air menghanyutkan permata-permata yang berserakan.
Air tersebut mengalir ke luar istana dan membentuk danau. Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna-warna permata kalung Putri. Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.
Kunci Jawaban Halaman 4
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan cerita di depan.
1. Siapa tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerita tersebut?
Jawaban: