TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban Bahasa Indonesia Kelas 12 halaman 67.
Pada Buku Bahasa Indonesia kelas 12 halaman 67 Kegiatan 1 terdapat soal tentang Mengidentifikasi Nilai-Nilai dalam Novel sejarah.
Sebelum melihat kunci jawaban, ada baiknya siswa mencoba menjawab sendiri terlebih dahulu dengan bantuan orang tua.
Jika sudah, orang tua bisa mencocokkan jawaban yang ditulis anak dengan jawaban di bawah ini.
Kunci jawaban soal Bahasa Indonesia Kelas 12 SMA/SMK pada halaman 67:
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kurikulum Merdeka Kelas 5 Halaman 43 44: Look and Write
Latihan
Untuk meningkatkan pemahamanmu tentang nilai-nilai dalam novel sejarah, bacalah dengan saksama kutipan novel sejarah berikut ini (Judul: Pangeran Diponegoro), kemudian tentukan nilai yang terkandung di dalamnya.
Jawaban:
Nilai-Nilai dalam Novel Sejarah Pangeran Diponegoro
1. Nilai Moral:
"”Hm.” Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi Danurejo di balik pernyataan yang kerang-keroh itu. sambil menatap lurus-lurus ke muka Danurejo, setelah membagi arah pandangannya kepada Raden Mas Sunarko yang sangat tolek, Jan Willem van Rijnst berkata dalam hati, “Al wie kloekzinnig is, handelt met wetenschap, maar een zot breidt dwaasheid uit. Deza kakkerlak verwach zeker een goede positie, zodat hij mogelijk corruptie kan doen” (yang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tapi yang bebal membeberkan ketololannya. Kecowak ini pasti berharap kedudukan yang memungkinkan baginya bisa melakukan korupsi)."
Nilai moral dalam kutipan tersebut adalah orang yang cerdik akan bertindak dengan pengetahuannya, tetapi yang bebal akan mengumbar kebodohannya.
2. Nilai Budaya:
Nilai kebudayaan dalam novel Pangeran Diponegoro terlihat melalui beberapa kalimat di antaranya penggunaan kata-kata bahasa jawa seperti, sugeng, tolek, wisesa ruhani dll.
Kemudian, disebutkan juga kelebihan bangsa Jawa adalah sangat peka terhadap suara hati.
Terdapat juga penyebutan kata wayang dan tembang macapat yang merupakan piranti kebudayaan kesenian.
Baca juga: Kunci Jawaban PKN Kelas 10 Halaman 162 163: Sikap dan Perbuatan Elan
3. Nilai Sosial:
"Ketika Danurejo II datang kepadanya, dia menyambut dengan bahasa Melayu yang fasih, sementara pejabat keraton Yogyakarta yang merupakan musuh dalam selimut dari Sultan Hamengku Buwono II ini lebih suka bercakap bahasa Jawa.
”Sugeng”, kata Danurejo II, menundukkan kepala dengan badan yang nyaris bengkok seperti udang rebus. Jan Willem van Rijnst bergerak menyamping, membuka tangan kanannya, memberi isyarat kepada Danurejo untuk masuk dan duduk."
Nilai sosial dalam kutipan novel pangeran Dipongero tersebut yakni ketika terjadi interaksi di antara dua orang dengan latar belakang bangsa dan budaya yang berbeda, melakukan pertemuan dan dialog.
Selain itu, tampak pada sikap Danurejo II yang tetap menghormati dan bersikap dengan ramah dan sopan kepada van Rijnst meski merupakan musuh dari Sultan Hamengkubuwono II, begitu pula dengan van Rijnst yang sangat peduli dengan tata krama dalam menyambut tamunya dengan baik.
4. Nilai Ketuhanan/Religi:
"Terlebih dulu mestilah dibilang, bahwa Jan Willem van Rijnst adalah seorang oportunis bedegong. Asalnya dari Belanda tenggara. Lahir di Heerlen, daerah Limburg yang seluruh penduduknya Katolik. Tapi, masya Allah, demi mencari muka pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka dia pun lantas gandrung bermain-main menjadi bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak sebagaimana air di daun talas."
Nilai ketuhanan yang dimunculkan pada kutipan tersebut adalah latar belakang agama van Rijnst yaitu Katolik dan Protestan. Kemudian, disebut juga agama Hindu Buddha dan Islam.
*) Disclaimer: Jawaban di atas hanya digunakan oleh orangtua untuk memandu proses belajar anak.
Sebelum melihat kunci jawaban, siswa harus terlebih dahulu menjawabnya sendiri, setelah itu gunakan artikel ini untuk mengoreksi hasil pekerjaan siswa.
(Tribunnews.com/Latifah)