TRIBUNNEWS.COM - Simak inilah materi terkait unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks deskripsi.
Dalam penulisan teks deskripsi menggunakan kata umum, kata khusus hingga kalimat penjelasan.
Kata umum merupakan kata yang mencakup banyak hal, ruang lingkup luas dan contohnya seperti kata melihat dan membawa.
Sementara kalimat penjelasan atau terperinci mencakup penjelasan secara rinci suatu objek dalam teks.
Unsur Kebahasaan Teks Deskripsi
1. Kata Umum dan Kata Khusus
Kata umum adalah kata yang luas ruang lingkupnya dan dapat mencakup banyak hal. Kata-kata yang termasuk dalam kata umum disebut hipernim.
Contoh : melihat, membawa
Baca juga: Struktur Teks Deskripsi, Mulai dari Identifikasi, Deskripsi Bagian, Simpulan atau Kesan
Kata khusus adalah kata-kata yang ruang lingkup dan cakupan maknanya lebih sempit. Kata-kata yang tercakup dalam kata khusus disebut hiponim.
Contoh :
melihat, melirik, mengerdip, memandang.
membawa, menjinjing, menjunjung
2. Kalimat Terperinci untuk Mengonkretkan (memperjelas/penjelasan)
Dalam teks deskripsi, kita memerlukan perincian untuk memperjelas atau mengongkretkan sebuah objek. Semakin rinci objek yang kita gambarkan, makin jelas pula pembaca/pendengar memahami suatu objek.
Contoh:
Ibuku orang yang sangat sabar
Kalimat Perincian: Ibu tidak pernah mengeluh dengan keadaan. Sejak ayah meninggal, ibu yang mencari nafkah untuk kami.
3. Kalimat yang menggunakan Cerapan Pancaindra
Penggunaan alat indra (mata, telinga, hidung, kulit) sangat penting dalam sebuah teks deskripsi karena dapat membantu pembaca seolah-olah melihat, mendengar atau merasakan apa yang kita ungkapkan.
Contoh :
Angin semilir membelai rambutku (indra perabaan)
Aroma melati memenuhi ruangan ini (indra penciuman)
Pohon kelapa bergemerisik ditiup angin (indra penglihatan)
4. Kata dengan Emosi yang Kuat
Dalam teks deskripsi kata sangat memegang peranan penting untuk memperjelas apa yang ingin kita ungkapkan. Kata dalam teks deskripsi memiliki "daya" yang luar biasa untuk memperkuat gambaran yang kita inginkan.
Contoh : Ayahku memang tangguh. Setiap hari bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami
5. Kata berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata dasar yang mendapat awalan (prefi ks), akhiran (sufi ks), dan sisipan (infi ks).
Contoh : pemandangan; PeN+pandang+an
6. Kata hubung (konjungsi)
Kata hubung (konjungsi) adalah kata yang digunakan sebagai penghubung antar kata, frasa, klausa, atau kalimat. Berdasarkan fungsinya, konjungsi dibagi 2:
1) Konjungsi intrakalimat : konjungsi yang digunakan dalam satu kalimat.
Contoh : dan, juga, tetapi, sehingga, lalu, kemudian
2) Konjungsi antarkalimat : konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain.
Contoh: meskipun demikian, oleh sebab itu, oleh karena itu, akhirnya, selanjutnya, lalu, kemudian
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP Halaman 6: Ciri Teks Deskripsi
Kaidah Penyuntingan Teks Deskripsi
1. Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Koma, Tanda Titik
Tanda koma (,) dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu peperincian atau pembilangan.
Contoh: Pantai Senggigi berada di Kecamatan Batu Layar, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Tanda koma dipakai di belakang kata penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat (jadi, dengan demikian).
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama diri atau nama diri geografi jika kata yang mendahuluinya menggambarkan kekhasan budaya ukiran Jepara, sarung Makasar.
Huruf pertama unsur-unsur nama geografi yang diikuti nama diri geografi (Selat Lombok, Teluk Benggala, Jalan Gajah Mada).
2. Penggunaan Kata Depan di dan Awalan di-
Kata depan di berfungsi sebagai kata depan jika diikuti dengan kata keterangan tempat, arah, posisi/ letak. Sebagai kata depan di ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya (di pantai, di belakang, di atas, di bagian barat, di samping).
Sebagai awalan di ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Dalam hal ini di berfungsi sebagai imbuhan pada kata kerja pasif.
3. Penulisan Kata Berawalan meN- yang Dirangkai dengan Kata yang Diawali dengan Huruf k, p, t, s
1) Fonem k, p, t, s luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang berawal dengan huruf k, p, t, s (misalnya: memengaruhi (meN- + pengaruh), memesona (meN- + pesona), mengarantina (meN- + karantina), dan sebagainya).
2) Fonem k, p, t, s TIDAK luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata dasar yang diawali dengan kluster/ konsonan rangkap (misalnya: memprakarsai, mengkriminalkan, mengklasifikasi).
3) Fonem k, p, t, s TIDAK luluh jika setelah awalan meN- diikuti oleh kata berimbuhan yang berawal dengan huruf k, p, t, s (misalnya: mempertaruhkan, memperluas).
Sumber:
Buku Bahasa Indonesia SMP/MTs Kelas VII Edisi Revisi 2017 oleh Titik Harsiati dkk.
Buku Bahasa Indonesia Paket B Setara SMP/MTs Indahnya Negeriku Modul Tema 1 Tahun 2017, Kemendikbud.
(Tribunnews.com/Latifah)