TRIBUNNEWS.COM, DEPOK — Universitas Indonesia (UI) hanya menyediakan jalur mandiri untuk program studi (prodi) Kedokteran Kelas Internasional (KKI) untuk penerimaan calon mahasiswa baru tahun 2023 ini.
Meskipun ada juga beberapa sekolah yang mendapat kuota masuk KKI lewat jalur undangan, namun pada prodi tersebut UI tidak menyediakan SNBT atau seleksi bersama berbasis tes.
Sebagai perbandingan, alur penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lain biasanya melewati Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT),
Salah satu mahasiswa prodi KKI, AP (20) menyebut jika pada jalur tersebut, calon mahasiswa baru haruslah menandatangani dokumen bermaterai terlebih dahulu, sebagai tanda persetujuan bersedia membayar Rp 111 juta untuk biaya gedung.
Kendati begitu, biaya gedung yang dibebankan kepada calon mahasiswa baru itu berbeda setiap angkatannya. Namun, penarikannya itu tidak bersifat memaksa.
Artinya, kata AP, terkait pembiayaan itu sudah dibahas sebelum tes ujian mandiri dimulai.
Sehingga, jika pihak calon mahasiswa baru menandatangani perihal pembiayaan tersebut, maka dia harus berkomitmen untuk membayarnya.
"Kelas KKI ini enggak ada sistem UKT. Jadi benar-benar dari UI itu sudah matokin harga, sudah kasih tahu nih uang gedungnya sekian, uang per-semesternya sekian," ujar AP saat dihubungi Wartakotalive.com, Sabtu (13/5/2023).
Baca juga: Anggota Polisi di Lampung Setor Rp 500 Juta Agar Anaknya Lolos Fakultas Kedokteran Unila
"Jadi kalau mendaftar di sebelum tesnya itu harus sudah menandatangani dan sudah menempelkan materai di dalam surat yang kita harus kumpulkan ke UI. Jadi pas lagi daftar tesnya, UI itu sudah menjelaskan biayanya sekian-sekian. Jadi kalau misalnya mendaftarkan di kelas internasional, berarti harus siap menanggung biaya yang sekian juta," imbuhnya.
Selain uang gedung, lanjut AP, biaya kuliah prodi KKI di UI juga tidaklah sedikit. Dia tidak seperti prodi lain yang bisa disesuaikan dengan penghasilan orang tua.
Melainkan, tiap mahasiswa baru dipukul rata membayar Rp 51,7 juta per-semesternya.
Baca juga: Enam Kampus Jurusan Kedokteran Terbaik di Indonesia Berdasar Pemeringkatan THE WUR
"Kalau misalnya untuk uang gedung itu Rp 111 juta di tahun aku, kalau di tahun berikutnya, bisa berubah. Dan untuk uang per-semesternya itu Rp 51,7 juta. Itu stagnan sampai akhir," ucap AP.
"Cuma yang ngebedain itu per-angkatan aja. Jadi misalkan angkatan aku Rp 51,7 per-semester, tapi nanti kalau di angkatan 2023, bisa jadi lebih naik. Mungkin sekitar Rp 55 juta sampai Rp 60 juta, naiknya enggak yang jomplang banget sampai Rp 20 juta atau Rp 30 juta, tapi tinggi juga kenaikannya," lanjutnya.
Mahasiswa baru angkatan 2022 itu berujar, tidak ada pemaksaan dari pihak UI untuk menekankan biaya berlebih untuk mereka yang lolos lewat jalur mandiri sehingga semuanya sudah berdasarkan persetujuan dan kerelaan pihak mahasiswa baru.
Baca juga: Kemenkes Berikan 2.500 Beasiswa Kedokteran, Ini Jenis Programnya
"Dari UI itu sendiri ada kriterianya sebelum mendaftar ke Simak Internasional. Harus foto dulu nih dokumen yang sudah ditulis dan ditandatangani. Jadi sudah ada materai ditandatangani, terus kita langsung upload (kirim) dan kalau kita enggak upload persetujuan tersebut, kita enggak bisa mendaftar," ujar AP.
"Karena kriteria mendaftarkan diri baik dalam yang jalur undangan ataupun jalur mandiri, itu memang harus ada foto kita tanda tangan," imbuhnya.
AP sendiri menandatangi persetujuan tersebut sebab didukung oleh orang tuanya yang bersedia membiayai pendidikannya penuh.
Baca juga: Kepala Prodi Pascasarjana Unila Serahkan Rp 250 Juta Agar Anaknya Masuk Kedokteran
Selain itu, AP memang mengincar kelas internasional untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.
"Jadi saya kenapa enggak pakai yang jalur undangan, karena sekolah saya itu enggak terdaftar di kuota untuk pendaftar. Jadi mau enggak mau lewat jalur mandiri, karena memang saya dari awal mengincar kelas internasional," kata AP.
Meski begitu, AP juga sempat mengikuti tes seleksi masuk UI (Simak UI) untuk program studi Kedokteran reguler, hanya saja tidak lolos.
Jadilah dia mengambil kelas internasional yang merupakan cita-citanya sejak awal.
"Aku tetap ikut juga (Simak UI Kedokteran Reguler), tapi maksudnya kayak prioritas aku tetap kelas yang internasional. Jadi tetap ikut di pilihan aku juga FK UI. Tetapi kan kalau misalkan di FK UI itu kan cuma bisa di kelas reguler, bukan kelas internasional," ujar dia.
Menurut dia, prosedur penerimaan mahasiswa yang mengambil kelas internasional memang berbeda dengan reguler.
Tidak hanya di UI, beberapa PTN yang menyediakan kelas tersebut juga hanya membuka seleksi mandiri untuk calon mahasiswa barunya.
"Kalau di UI itu kalau kelas internasional, enggak bisa melalui jalur SBMPTN. Dan bahkan di PTN lain contohnya UGM atau Unair, itu juga kan ada kelas internasionalnya, mereka juga enggak bisa masuk lewat jalur SBMPTN. Jadi jalur tersebut hanya dikhususkan untuk undangan sekolah dan juga tes mandiri untuk yang internasional," tandasnya. (m40)
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Dian Anditya Mutiara